KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketegangan hubungan Amerika Serikat (AS) dan China yang kembali muncul berpotensi melemahkan nilai tukar rupiah di awal perdagangan setelah libur Lebaran. Padahal sebelumnya, Rabu (20/5), berdasarkan Bloomberg, rupiah ditutup menguat 0,41% di Rp 14.710 per dolar AS. Sementara, kurs tengah Bank Indonesia juga mencatat rupiah menguat 0,26% ke Rp 14.785 per dolar AS.
Baca Juga: Poundsterling belum mampu keluar dari tekanan sebagai mata uang paling jeblok Analis Monex Investindo Futures Faisyal mengatakan, penguatan rupiah sebelum libur karena disokong rencana stimulus tambahan Federal Reserve. Selain itu, berita vaksin virus corona dari perusahaan farmasi asal AS, Moderna juga mendukung rupiah menguat. Namun, Faisyal mengatakan kini pelaku pasar kembali mempertanyakan perkembangan akan kepastian vaksin corona tersebut. Alhasil, rupiah besok (26/5) berpotensi melemah. Apalagi, ketegangan AS dan China kembali menyeruak. Sentimen ini membuat dolar AS yang dianggap sebagai
safe haven yang paling likuid jadi menguat dan rupiah berpotensi melemah. "Penguatan rupiah kemarin semu," kata Faisyal, Senin (25/5).
Baca Juga: Yen mencatatkan kinerja paling mentereng, seperti apa prospeknya? Sementara, Head of Economics Research Pefindo Fikri C Permana mengatakan rupiah menguat karena investor global cenderung bersikap oportunis dengan mencari negara-negara dengan
yield relatif lebih baik, salah satunya Indonesia. Alhasil, aliran modal asing yang masuk ke dalam negeri meningkat terutama di pasar obligasi.
Pergerakan rupiah masih cenderung bergantung pada pergerakan kurva pasien positif korona di dalam negeri. Jika kurva sedikit melandai dan harga minyak stabil, Fikri memproyeksikan rupiah besok bisa terapresiasi, meski indeks dolar meningkat di saat yang sama. Fikri memproyeksikan rupiah besok bergerak di rentang Rp 14.480 per dolar AS hingga Rp 14.880 per dolar AS. Sementara, Faisyal memproyeksikan rupiah bergerak di rentang Rp 14.800 per dolar AS hingga Rp 15.550 per dolar AS.
Baca Juga: Rasio utang pemerintah bulan April 2020 terhadap PDB menurun Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati