KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berdasarkan data World Bank tahun 2017, keterbukaan ekonomi alias rasio perdagangan terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia hanya 40%. Padahal PDB nominal Indonesia tahun itu mencapai Rp 13.588,8 triliun bahkan meningkat pada tahun ini menjadi Rp 14.837,4 triliun atau setara US$ 1,05 miliar. Angka tersebut menunjukkan PDB nominal terbesar di Asia Tenggara. Namun, untuk keterbukaan ekonomi, Indonesia masih kalah dengan Thailand, Malaysia maupun Vietnam. Alhasil nilai tukar rupiah lebih bergejolak, dan transaksi berjalan tidak stabil. Menanggapi data tersebut Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator (Kemko) Perekonomian Iskandar Simorangkir mengatakan pemerintah akan fokus meningkatkan daya saing untuk menggenjot ekspor.
Keterbukaan ekonomi rendah, pemerintah fokus tingkatkan daya saing
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berdasarkan data World Bank tahun 2017, keterbukaan ekonomi alias rasio perdagangan terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia hanya 40%. Padahal PDB nominal Indonesia tahun itu mencapai Rp 13.588,8 triliun bahkan meningkat pada tahun ini menjadi Rp 14.837,4 triliun atau setara US$ 1,05 miliar. Angka tersebut menunjukkan PDB nominal terbesar di Asia Tenggara. Namun, untuk keterbukaan ekonomi, Indonesia masih kalah dengan Thailand, Malaysia maupun Vietnam. Alhasil nilai tukar rupiah lebih bergejolak, dan transaksi berjalan tidak stabil. Menanggapi data tersebut Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator (Kemko) Perekonomian Iskandar Simorangkir mengatakan pemerintah akan fokus meningkatkan daya saing untuk menggenjot ekspor.