Ketidakpastian ekonomi di Asia masih tinggi



TOKYO. Prospek ekonomi Asia masih digelayuti sentimen ketidakpastian, baik yang datang dari luar maupun dalam kawasan Asia sendiri. Dari luar kawasan muncul faktor ketidakpastian besar stimulus fiskal Amerika Serikat (AS). Adapun sentimen dari dalam kawasan Asia adalah pertumbuhan utang yang pesat di China.

Hal tersebut diungkapkan Direktur Pelaksana International Monetary Fund (IMF), Mitsuhiro Furusawa, seperti dikutip Reuters, Minggu (4/6). Dia menegaskan, kondisi tersebut dapat menjadi pukulan balik bagi perekonomian di kawasan Asia.

Lebih lanjut, Furusawa menjelaskan, kenaikan suku bunga Bank Sentral AS alias The Federal Reserve atawa Fed rate dapat memicu penguatan signifikan nilai tukar dollar AS. Bila dollar melonjak, akan merugikan negara-negara berkembang di Asia yang memiliki utang berdenominasi dollar AS.


"Asia terus menjadi pemimpin pertumbuhan ekonomi dunia, yang ditopang oleh permintaan yang kuat serta kebijakan yang akomodatif," tutur Furusawa seperti diberitakan Reuters.

Meski demikian Furusawa menegaskan bahwa dalam jangka pendek Asia diselimuti risiko yang cukup tinggi, mengingat kurangnya kejelasan mengenai kebijakan di AS. Dia mencontohkan, tidak adanya gambaran pasti mengenai berapa jumlah dan ukuran stimulus yang diusulkan oleh pemerintahan Donald Trump.

Memang benar pertumbuhan China terus berlanjut. "Namun pertumbuhannya kini bergantung pada kredit domestik yang tinggi, yang suatu waktu dapat menjadi masalah," imbuh Furusawa.

Persoalan penduduk

Untuk itu, Furusawa mengingatkan agar pemerintah di Asia menyesuaikan kebijakan fiskal demi mengantisipasi perlambatan pertumbuhan penduduk dan kenaikan penduduk usia senja akibat angka harapan hidup yang semakin baik di wilayah ini.

Pertumbuhan populasi di Asia diprediksi akan turun menjadi nol persen pada tahun 2050. Rasio orangtua terhadap populasi penduduk usia kerja saat itu bisa tumbuh dua kali lipat dari saat ini.

Pembuat kebijakan harus mengantisipasi kondisi tersebut dengan membuat aturan yang tepat soal perawatan kesehatan dan dana pensiun. Pembuat kebijakan, kata Furusawa, juga harus memberikan insentif guna meningkatkan partisipasi angkatan kerja dan menyusun rencana fiskal jangka menengah agar penyaluran kredit produktif bisa stabil berlanjut.

Pengaturan persoalan penduduk usia tua tidak bisa dianggap remeh jika tidak ingin negara terbebani. Negara harus sedini mungkin menyebar beban yang harus dipikul, lintas generasi, agar menghindari penumpukan masalah di kemudian hari. 

Editor: Rizki Caturini