Ketidakpastian geopolitik Libya meningkat, harga minyak bisa naik lagi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Libya menciptakan ketidakpastian di pasar minyak terkait kondisi geopolitik di sana. Pekan lalu seorang pemimpin di Libya melakukan serangan untuk mengambil alih ibu kota Tripoli. Sehingga ini mengancam koreksi 1,3 juta barel per hari produksi minyak Libya.

Analis Central Capital Futures, Wahyu Tribowo Laksono menilai harga minyak hari ini merupakan kelanjutan dari dampak geopolitik Libya dan hanya menambah ketegangan geopolitik di pasar minyak atas apa yang sebelumnya sudah terjadi yakni sanksi AS terhadap Venezuela dan Iran.

Ia menambahkan situasi ini makin membuat harga minyak mendidih setelah Energy Information Administration (EIA) lagi-lagi melaporkan kenaikan cadangan minyak Amerika Serikat (AS).


EIA melaporkan kenaikan cadangan minyak sebesar 7 juta barel pekan lalu. Kenaikan stok minyak ini lebih tinggi daripada perkiraan pasar di level 2,6 juta barel.

Alhasil, Kamis (11/4) pukul 23.17 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei 2019 di New York Mercantile Exchange turun lagi 1,58% ke US$ 63,59 per barel dari posisi kemarin pada US$ 64,61 per barel.

Di sisi lain harga minyak katanya masih bisa memanas lagi karena langkah Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan non-OPEC memangkas produksi minyak masih berjalan. “Kondisi ini hanya sementara,” kata Wahyu kepada Kontan, Kamis (11/4).

Ditambah Brasil melaporkan produksi minyak Februari 5% lebih rendah dari level Januari. Wahyu merekomendasikan buy untuk komoditas ini tetapi masih ada ancaman koreksi overbought.

Ia meramal pada perdagangan besok harga minyak akan bergerak di level support US$ 63,40, US$ 62,60, dan US$ 61,80 per barel. Sementara level resistance antara US$ 64,80, US$ 65,40, dan US$ 66,00 per barel. Pekan depan, harga minyak berpotensi bergerak di rentang US$ 58-US$ 70 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Azis Husaini