KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketidakpastian global membuat kinerja dan dana kelolaan reksadana yang memiliki efek luar negeri atau
offshore melorot. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, dana kelolaan reksadana
offshore cenderung menurun. Sejak awal tahun dana kelolaan reksadana
offshore turun Rp 2,6 triliun ke Rp 6,5 triliun per 31 Mei 2019. Sedangkan, secara bulanan dana kelolaan juga turun Rp 54 miliar. Ari Pitojo,
Chief Investment Officer Eastspring Indonesia mengatakan dana kelolaan reksadana
offshore menurun karena terdampak kondisi pasar yang juga sedang memburuk dan menyebabkan penurunan harga unit. Pada, Mei lalu bursa global mengalami gejolak dan koreksi dalam karena memanasnya isu perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China.
Tercatat, indeks Dow Jones turun 6,7% selama Mei dan tak luput indeks MSCI
emerging market juga terkoreksi 7,5%.
Head of Research & Consulting Service Infovesta Utama Edbert Suryajaya menambahkan pasar saham global sedang diwarnai ketidakpastian. Sentimen negatif tersebut muncul dari masih ramainya perang dagang, laju ekonomi tidak berjalan dengan baik, pertumbuhan inflasi melambat, dan tren penurunan suku bunga. "Dana kelolaan reksadana
offshore masih bergerak turun karena investor jadi bersikap
wait and see di tengah kondisi yang buruk ini," kata Edbert, Jumat (23/6). Di periode yang sama turunnya dana kelolaan juga bergerak beriringinan dengan turunnya kinerja reksadana
offshore. Edbert mencatat pada periode Mei mayoritas reksadana global catatkan
return negatif di rentang 4%-7%. Namun, sebulan ke belakang kinerja reksadana offshore sudah menunjukkan pertumbuhan. Sentimen positif mulai dari keyakinan pasar akan penurunan suku bunga AS dan pertemuan Presiden AS, Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di KTT G20 pada akhir bulan ini. Ari mencatat di Juni kinerja reksadana offshore mulai membaik karena pasar global
rebound dari koreksi yang terjadi di Mei. Hal tersebut dipengaruhi dari membaiknya kondisi perang dagang AS dan China. Edbert menyarankan investor bisa tetap berinvestasi di reksadana secara perlahan atau jangan langsung besar jumlahnya. Meski, terbukanya ekspektasi perbaikan pasar setelah suku bunga AS dipastikan akan segera turun, tetapi Edbert mengingatkan perang dagang masih belum usai dan berpotensi memberi ketegangan yang tak terduga. "Tetap ada risiko, kalau mau
wait and see tapi jika ingin berspekulasi bisa masuk sekarang tetapi jangan dalam jumlah besar," kata Edbert.
"Meski ekspektasi pasar berbalik positif terbuka apalagi setelah suku bunga AS akan truun tapi jangan lupa perang dagang berpotensi beri ketegangan yang tak terduga," kata Edbert. Ari menilai saat ini valuasi aset efek luar negeri berada pada level yang menarik, sehingga utnuk jangka panjang reksadana
offshore masih menjadi pilihan investasi yang menarik sambil mendapatkan peluang dari pertumbuhan ekonomi dunia dengan melakukan diversifikasi pada aset
offshore. Ari memperkirakan, secara keseluruhan laba perusahaan di Indeks Dow Jones Islamic Asia Pacific bisa tumbuh 8%-10% di tahun ini. Dengan begitu indikasi
return reksadana
offshore di Eastspring bisa mencapai 8%-10%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi