Ketidakpastian Masih Tinggi, Cermati Prospek Harga Emas pada Tahun 2025



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Komoditas emas diperkirakan masih menjadi instrumen primadona pada tahun 2025. Ketidakpastian ekonomi global hingga kondisi geopolitik menjadi salah satu pendorongnya.

Senior Economist KB Valbury Sekuritas, Fikri C Permana, mengatakan ada kemungkinan permintaan emas tetap tinggi di 2025. Apalagi ada kemungkinan BRICS mendorong adanya 'currency baru' yang menjadikan emas sebagai salah satu 'base money'.

"Selain itu, tren investasi emas, baik dalam bentuk perhiasan, emas batangan, dan ETF juga meningkat," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (2/12).


Baca Juga: Ketidakpastian Tinggi, Begini Saran Perencana Keuangan untuk Menempatkan Investasi

Dus, Fikri berpendapat masih akan ada lanjutan pergerakan harga emas. "Namun dengan catatan, semua akan tergantung risk off dan capital flight di ekonomi global," sambungnya.

Berdasarkan Bloomberg, imbal hasil emas menjadi jawara. Emas spot telah memberikan return 29,68% dari awal tahun hingga November 2024 (year to date/Ytd), sementara emas Antam memberikan imbal hasil sebesar 32,34% Ytd.

Selain emas, obligasi dinilai menjadi salah satu instrumen yang prospektif di 2025. Obligasi didukung ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh the Fed dan Bank Indonesia (BI) pada tahun depan. Dengan demikian, yield akan turun sehingga akan meningkatkan harga obligasi.

Baca Juga: Suku Bunga Masih Tinggi, Begini Prospek Kinerja Emiten Konstruksi Swasta

Hanya saja, pada semester II 2025 diproyeksikan mampu berbalik unggul dari obligasi. Menurutnya, pada semester I 2025 investor akan cenderung berhati-hati dengan kebijakan Trump.

Secara umum, Fikri berpandangan seluruh instrumen memiliki ruang untuk peningkatan tahun depan. Dus, untuk jangka pendek dia menilai pasar uang, emas, dan obligasi jangka pendek bisa menjadi pilihan.

Selanjutnya: Program Swasembada Pangan Bisa Dongkrak Penyaluran Pembiayaan Alat Berat

Menarik Dibaca: Cara Melihat Spotify Wrapped 2024 untuk Mengetahui Playlist Selama 1 Tahun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli