Ketika Demokrat menyerang Jokowi



JAKARTA. Rivalitas jelang Pemilu 2014 diduga menjadi pemicu di balik serangan Partai Demokrat terhadap Gubernur DKI Jakarta Joko "Jokowi" Widodo. Serangan itu diharapkan mampu menggerus tingkat elektabilitas Jokowi yang terus menanjak berdasarkan hasil beberapa jajak pendapat lembaga survei. "Tapi justru sebaliknya. Semakin diserang, popularitas Jokowi ini justru semakin naik," kata pakar psikologi politik Universitas Indonesia, Hamdi Muluk, ketika dihubungi Kompas.com, Selasa (22/10/2013). Secara terpisah, pengamat politik LIPI Indria Samego, menyebut serangan itu sebagai manuver Partai Demokrat untuk menjatuhkan Jokowi. Pasalnya, kesebelas peserta Konvensi Capres Partai Demokrat dipandang belum ada yang bisa menandingi popularitas Jokowi. Kabar konvensi seolah-olah tidak terdengar akibat teredam oleh popularitas Jokowi. “Padahal mereka itu ingin konvensinya menggelegar, begitu kan,” kata Indria. Seperti diberitakan, awalnya, Nurhayati menilai bahwa mantan Gubernur DKI Fauzi Bowo (Foke) turut berjasa dalam satu tahun pemerintahan Jokowi-Basuki Tjahaja Purnama. Keesokan harinya, Nurhayati menyatakan ada 1.000 rumah yang terbakar dalam satu tahun pemerintahan Jokowi. Terakhir, Nurhayati tak lagi hanya mengkritik berkaitan satu tahun kinerja Jokowi, namun melebar kepada kebijakan mobil murah dan esemka. Jokowi digadang-gadang menjadi calon presiden. Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Tjahjo Kumolo mengatakan, partainya akan mempertimbangkan aspirasi masyarakat yang menginginkan Jokowi. PDI-P memikirkan masak-masak tokoh yang dianggap mampu memimpin Indonesia. "Saya kira partai yang cerdas tidak akan meninggalkan apa yang menjadi aspirasi masyarakat. Partai juga mempunyai komitmen, jadi memimpin Indonesia loh, bukan memimpin negara yang kecil," katanya. (Ihsanuddin/Kompas.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dikky Setiawan