Ketika dunia dibayangi ketakutan pada efek radiasi



Fukushima tiba-tiba menjadi wilayah paling tersohor di dunia dalam dua pekan terakhir ini. Ledakan di beberapa unit pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi telah menarik perhatian dunia. Kejadian ini menyusul bencana gempa berkekuatan 9 pada skala Richter dan tsunami yang meluluhlantakkan bagian timur laut Jepang, Jumat (11/3).

Ledakan itu adalah buntut dari sistem pendingin reaktor yang tidak bisa berfungsi normal setelah dihantam gempa dan tsunami. Tak cuma warga Jepang, warga dunia kini cemas terhadap kebocoran zat radioaktif dari reaktor nuklir tersebut. Zat-zat hasil reaksi nuklir yang bocor itu bisa berdampak sangat buruk bagi kesehatan manusia.

Seperti kita tahu, tragedi ledakan reaktor nuklir di wilayah Chernobyl, Ukraina, pada 26 April 1986, masih menjadi kenangan pahit dunia. Petaka ini menyebabkan sebagian besar permukiman penduduk di wilayah Ukraina, Belarusia, dan Rusia terpapar kontaminasi radiasi zat radioaktif nuklir.


Dampak jangka panjang

Selain memicu evakuasi ribuan warga dari sekitar lokasi kejadian, dampak kesehatan akibat ledakan reaktor Chernobyl masih dirasakan para korban hingga bertahun-tahun kemudian. Dampak kesehatan yang ditimbulkan, antara lain kanker kelenjar gondok (tiroid), gangguan genetik, dan kematian. Ketika itu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, sekitar 9.000 orang terkena radiasi nuklir.

Yang menyedihkan, selang beberapa tahun setelah peristiwa mematikan itu (1990–1998), terdeteksi terjadi peningkatan kasus kanker kelenjar gondok sebanyak 1.791 kasus pada anak-anak Ukraina yang hidup di wilayah di sekitar reaktor nuklir Chernobyl. Para ahli nuklir telah menghubungkan semua penyakit kanker kelenjar gondok ini dengan kecelakaan reaktor nuklir Chernobyl.

Mereka menilai, paparan radiasi nuklir dalam jumlah besar bisa mengacaukan sel-sel tubuh manusia dan menyebabkan kematian. Komponen penyusun zat radioaktif terbesar adalah iodin dan sesium. Jadi, menghirup atau mengonsumsi makanan yang terkontaminasi zat radioaktif bisa menyebabkan kanker tiroid.

Pada tingkatan yang membahayakan, pembengkakan tiroid dapat menyebabkan munculnya kanker kelenjar tiroid. "Kelenjar tiroid memang mudah menyerap dampak radiasi radioaktif," ujarSuhanto Kasmali, Kepala Bidang Pelayanan Medis Rumah Sakit Mediros, Jakarta.

Sependapat dengan Suhanto, Asrul Harsal, Dokter Spesialis Penyakit Dalam dari Rumahsakit Dharmais, Jakarta, menegaskan bahwa kelenjar tiroid memang sensitif terhadap pengaruh radiasi. "Radiasi bisa mengubah struktur sel dan menyebabkan kanker. Jadi, ada kanker yang berhubungan dengan radiasi, yaitu tiroid dan leukemia," kata Asrul.

Asrul bilang, pembengkakan kelenjar gondok yang menyerupai sebuah benjolan, terletak di bagian leher, dekat tulang tenggorokan. Pada penderita yang memiliki bakat kanker, pembengkakan tiroid bisa memicu kanker tiroid. "Tapi, jika penderita tidak memilikinya, penyakit kelenjar gondok bisa disembuhkan," imbuh Asrul.

Namun, Asrul mengingatkan, untuk memastikan apakah penyakit tiroid termasuk jenis tumor jinak atau ganas, penderita harus memeriksakannya ke dokter. Sebab, ada jenis kanker tiroid yang pertumbuhannya lambat. Penderita bisa saja tidak merasakan sakit berupa nyeri. "Bahkan, dia bisa menjalani hidup secara normal bertahun-tahun," jelas Asrul.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test