Ketika selam dan renang tak lagi menantang



Meski terbilang baru di Indonesia, peminat hoki bawah air cukup banyak. Penggemarnya datang dari beragam latar belakang, mulai pelajar, karyawan, eksekutif, hingga pengusaha. Butuh napas panjang untuk memainkan olahraga tersebut.

Renang memang olahraga yang menyenangkan. Tapi, yang namanya berenang, terutama di kolam renang, ya, cuma gitu-gitu aja. Bolak-balik dari satu sudut kolam ke sudut lainnya, begitu seterusnya. Yang berubah paling hanya gayanya.

Maka tidak usah heran, bagi sebagian penggila olahraga air renang lama-kelamaan menjadi kegiatan yang membosankan juga. Paling tidak begitu pengalaman Paula Florina yang sudah melakoni hobinya tersebut sejak masih kecil.


Sejatinya, manajer di sebuah perusahaan minyak asing ini telah menemukan olahraga air lain yang masih berbau renang dan mengasyikkan, yakni diving atau menyelam.

Masalahnya, Flo, panggilan sehari-hari Paula Florina, tidak bisa menjadikan diving sebagai kegiatan rutin yang dilakukan saban minggu. Sebab, untuk menyelam harus ke laut yang letaknya jauh dari Jakarta. Dan, biayanya tidak murah layaknya berenang.

Sampai akhirnya pada November 2010 lalu, wanita 34 tahun ini mendapat info bahwa ada olahraga air yang baru diperkenalkan di Jakarta yang melibatkan aktivitas renang. Namanya: underwater hockey alias hoki bawah air.

Flo mendapat informasi itu dari salah satu instruktur diving-nya. “Setelah mencobanya, ternyata olahraga ini menyenangkan,” kata dia. Menurut Flo, pada dasarnya bermain hoki di dalam air sama seperti renang umumnya. Cuma ada tambahan kegiatan menggiring dan memasukan puck (bola hoki) seberat 1,2 kilogram (kg) dengan pemukul sepanjang 30 sentimeter (cm) ke gawang.

Kegiatan tambahan inilah yang membuat aktivitas renang menjadi lebih menyenangkan dan tidak membosankan. “Sehatnya dapat, kesenangannya juga dapat,” ujar Flo.

Produksi adrenalin

Flo tak sendiri. Bagi Hernando, hoki bawah air membantu meningkatkan kemampuannya menyelam. “Olahraga ini bisa mengeksplorasi lebih banyak ketimbang menyelam,” kata pemilik Hammerhead Indonesia, perusahaan konsultan kelautan dan spesialis bawah air.

Tak hanya itu, setelah bermain hoki bawah air, tubuh Hernando makin segar. “Jadi, olahraga ini seperti memproduksi adrenalin,” ungkap dia.

Tentu saja, agar bisa memainkan hoki bawah air atau dikenal juga dengan octopus, Anda tidak bisa sendirian. Harus ada 11 orang lagi yang ikut bermain. Soalnya, permainan ini membutuhkan 12 orang yang dibagi ke dalam dua tim, masing-masing beranggotakan 6 orang.

Cara bermain hoki bawah air cukup sederhana, seperti halnya hoki lapangan maupun hoki es. Setiap anggota tim harus bekerja sama untuk memasukan puck ke gawang lawan.

Yang membedakan, pemain harus punya nafas panjang supaya bisa bertahan lebih lama di dalam air. Makanya, kekompakan antarpemain dalam satu tim menjadi syarat utama. Perlu ada pengaturan, siapa yang tetap berada di dalam air dan siapa yang harus ke permukaan untuk mengambil nafas.

Jadi, ketika ada anggota tim sedang menggiring puck, sebagian pemain harus tetap bertahan di dalam air untuk menerima operan, sebagian lainnya mengambil nafas ke permukaan. Begitu juga dengan tim yang satu, ada anggota yang menjaga pemain lawan yang sedang membawa bola dan merebut bola, ada yang menjaga pemain yang akan mendapat umpan, dan ada yang mengambil nafas ke permukaan kolam.

Pertandingan hoki bawah air terdiri dua babak, setiap babak berlangsung selama 15 menit. Luas lapangan olahraga hasil merger skin diving dan hoki ini 15 meter x 25 meter atau 12 meter x 21 meter dengan kedalaman kolam antara dua meter sampai tiga meter.

Selain stik, setiap pemain juga membutuhkan peralatan lain, yakni kacamata renang, snorkle, sepatu katak atau fins, sarung tangan berpelapis karet, pelindung kepala atau polo cap, dan pelindung gigi. Ditotal-total, harganya Rp 1,5 juta.

Adalah Christianto Sahat yang pertama kali membawa hoki bawah air ke Indonesia dan memperkenalkannya ke khalayak luas pada Agustus 2010 lalu. Direktur Codevergence Corp, perusahaan teknologi informasi yang berbasis di Singapura ini memang penggila berat hoki bawah air.

Chris, begitu Christianto Sahat disapa, bilang bahwa olahraga yang diciptakan Alan Blake dari Southsea Sub-Aqua Club, Inggris pada tahun 1954 ini cukup populer di Negeri Merlion, tempatnya bekerja. Banyak warga Singapura yang hobi berat dengan hoki bawah air.

Namun, setelah mendapat tugas di Indonesia, Chris kesulitan menyalurkan hobinya itu. Pasalnya, olahraga ini belum ada yang memainkan. Fakta ini justru membuat bekas jurnalis ini tertantang untuk memperkenalkan dan mengembangkan hoki bawah air di sini.

Berbagai cara dia lakukan untuk memopulerkan hoki bawah air. Mulai dari mengajak teman-temannya hingga menggandeng sejumlah klub selam di Jakarta. Sebagai wadah, ia lantas membentuk komunitas bernama Jakarta Underwater Hockey Club (JUHC). “Saat ini, anggota kami sudah sekitar 60 orang,” ungkapnya.

Anggota JUHC datang dari berbagai kalangan. Mulai pelajar, karyawan, eksekutif, hingga pengusaha. Salah satunya adalah Katarina Aquino. Pemilik perusahaan travel ini mulai menggilai hoki bawah air lantaran badannya terasa lebih sehat dan ringan usai berlatih.

Olahraga itu menuntut kita untuk menggerakkan seluruh anggota tubuh. “Kemampuan apnea atau mengatur nafas juga bertambah,” ujar Katarina yang menjadi humas JUHC.

Anda tertarik memacu adrenalin? Cukup datang ke kolam renang di Gelora Bung Karno. Setiap Senin dan Kamis mulai pukul 18.30 hingga 21.00, JUHC menggelar latihan rutin.

Kalau belum punya peralatan, tidak perlu khawatir. JUHC menyewakan semua peralatan, mulai dari stik, kacamata renang berikut snorkle hingga polo cap dengan tarif cuma Rp 35.000 per hari. Selain itu, Anda harus membayar pungutan sewa kolam.

Selamat meny...eh, beren...eh, berhoki!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Catur Ari