JAKARTA. Suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang terpangkas 50 basis poin, mau tak mau melahirkan tren penurunan suku bunga deposito. Kondisi tersebut dianggap sebagai peluang emas oleh perbankan syariah. Ketika bunga makin tidak menarik dan ketidakpastian suku bunga akibat gejolak krisis mulai membingungkan masyarakat, sistem bagi hasil yang ditawarkan perbankan syariah bisa menjadi pilihan yang tepat. "Kami melihat tren penurunan suku bunga sebagai salah satu peluang bagi perbankan syariah," kata Andi Buchari, Direktur Bank Muamalat (12/1). Kondisi tersebut telah terlihat trennya sejak awal terjadinya krisis keuangan global. Hal itu dapat dilihat dari pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun Bank Muamalat Indonesia (BMI). DPK BMI mengalami pertumbuhan cukup pesat di tahun 2008. Tercatat DPK yang berhasil dijaring bank Muamalat di 2008 mencapai Rp 10,7 triliun. Angka tersebut mengalami peningkatan sekitar 16% dibandingkan 2007 yang membukukan angka Rp 8,69 triliun.
Ketika Suku Bunga Tak Lagi Menarik, Bank Syariah pun Dilirik
JAKARTA. Suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang terpangkas 50 basis poin, mau tak mau melahirkan tren penurunan suku bunga deposito. Kondisi tersebut dianggap sebagai peluang emas oleh perbankan syariah. Ketika bunga makin tidak menarik dan ketidakpastian suku bunga akibat gejolak krisis mulai membingungkan masyarakat, sistem bagi hasil yang ditawarkan perbankan syariah bisa menjadi pilihan yang tepat. "Kami melihat tren penurunan suku bunga sebagai salah satu peluang bagi perbankan syariah," kata Andi Buchari, Direktur Bank Muamalat (12/1). Kondisi tersebut telah terlihat trennya sejak awal terjadinya krisis keuangan global. Hal itu dapat dilihat dari pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun Bank Muamalat Indonesia (BMI). DPK BMI mengalami pertumbuhan cukup pesat di tahun 2008. Tercatat DPK yang berhasil dijaring bank Muamalat di 2008 mencapai Rp 10,7 triliun. Angka tersebut mengalami peningkatan sekitar 16% dibandingkan 2007 yang membukukan angka Rp 8,69 triliun.