Ketinggalan dengan pesaing, Indosat akan rebut kembali posisi kedua pangsa pasar



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indosat Tbk (ISAT) mengakui kinerja perusahaan tertinggal belakangan ini. Direktur Utama Indosat Chris Kanter menyebut Indosat saat ini menguasai pangsa pasar domestik di posisi ketiga, merosot dari posisi kedua. 

Kinerja Indosat pun masih cenderung berat. Perusahaan telko ini mencatat pendapatan Rp 16,76 triliun di akhir September 2018, turun 25,7% year on year. 

Sementara dua pesaing lainnya, PT XL Axiata Tbk (EXCL) mencatat pertumbuhan pendapatan 6% menjadi Rp 16,9 triliun, dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) naik 2,27% menjadi Rp 99,2 triliun untuk periode yang sama.


Chris Kanter mengatakan, tentu menginginkan posisi market place nomor dua tersebut kembali. Salah satu cara perusahaan, menyiapkan anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) jumbo, yang bernilai sampai Rp 30 triliun dalam dua tahun ke depan yang didapatkan dari induk, Ooredo. 

Dana itu akan digunakan untuk memperbaiki dan memperluas jaringan. Chris Kanter menargetkan, hingga akhir tahun ini seluruh jaringan Indosat sudah 4G, sementara untuk jaringan 5G masih dalam perencanaan. 

Di sisi lain, perusahaan akan menaikkan harga paket data secara bertahap. "Harga data naik tidak akan terasa karena kalau punya kegunaan yang banyak, you don't really care very much," katanya kepada Kontan beberapa waktu lalu.

Dia bilang, Indosat tidak akan lagi membanting harga paket data seperti yang selama ini dilakukan.

Seperti contoh, biasanya Indosat melepas kartu paket data dengan harga Rp 50.000. Seharusnya, distributor melepas ke player dengan harga Rp 49.000. Tapi karena harganya dibanting, maka yang dilepas ke player menjadi Rp 45.000, begitu seterusnya hingga ke retail. Sehingga, harga di ritel, menurut dia, bisa menjadi Rp 25.000.

"Ini dulu kami potong, jadi otomatis harga rata-ratanya naik," ungkap Chris. Kebijakan ini sudah mulai diberlakukan. Bahkan, dia sudah mendatangi distributor untuk melakukan perjanjian agar tidak ada lagi yang melakukan hal tersebut.

Indosat membukukan penurunan pelanggan 33,9% sepanjang sembilan bulan 2018 menjadi 64,1 juta pelanggan dari periode sama tahun sebelumnya 97 juta pelanggan.

Pelanggan prabayar turun 34,6% menjadi 62,6 juta. Pelanggan pascabayar naik 25% menjadi 1,5 juta pelanggan. Selain itu, ARPU ISAT atau pendapatan per pelanggan turun dari Rp 21.200 menjadi Rp 16.700.

Sementara itu, Analis Phintacro Sekuritas Valdy kurniawan mengatakan, bukan tidak mungkin untuk Indosat meraih posisi market place menjadi nomor 2 kembali. 

Cara yang harus dilakukan ISAT adalah memperbesar volume penjualan dengan meningkatkan jumlah pengguna, dengan memperkuat jaringan di seluruh area Indonesia. "Namun perlu biaya yang besar, bukan tidak mungkin menyalip pesaingnya tapi butuh upaya yang sangat besar," katanya. 

Apalagi, menurut dia rasio utang (DER) Indosat besar yaitu 2,67 kali.

Valdy menyarankan wait and see terlebih dahulu saham ini, karena secara keuangan masih rugi sementara dari sisi teknikal masih dalam tren bearish dan belum ada sinyal reversal dalam waktu dekat.

Sedangkan, Analis Deutsche Verdana Sekuritas, Raymond Kosasih dan James Nugroho dalam risetnya menyarankan, agar Investor menjual saham ISAT dengan harga Rp 2.200.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia