Ketua Asosiasi Geothermal: IPO PGE Penting Untuk Dorong Transisi Energi di Indonesia



KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Aksi korporasi PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) melantai di bursa atau initial public offering (IPO) mendapat dukungan dari berbagai pihak karena pendanaan dari IPO bisa untuk pengembangan panas bumi penting dalam era transisi energi.

Secara umum, Ketua Asosiasi Panas Bumi (API), Prijandaru Effendi menjelaskan strategi untuk meraih dukungan pendanaan proyek pengembangan proyek diserahkan kepada strategi masing-masing perusahaan panas bumi.

“Selama startegi tersebut memberikan dampak positif terhadap kinerja pengembang dalam mengembangkan proyek-proyek panas buminya, pasti akan sangat dukung oleh Pemerintah dan kami semua,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (20/2).


Prjandaru menegaskan, API akan terus berusaha mendukung pengembangan panas bumi di Indonesia dengan tetap memposisikan sebagai mitra pemerintah dan pengembang.

Pengamat BUMN dari Universitas Indonesia, Toto Pranoto menyatakan, PGE  adalah pemain besar di panas bumi  dan saat ini sudah dikonsolidasikan di bawah subholding Pertamina Power & Renewable Energy. Tentu dibutuhkan belanja modal (capex) besar untuk membangun kapasitas besar PGE.  

“Maka rencana IPO ini saya nilai cukup penting dan strategis untuk PGE. Harapannya IPO ini bukan hanya untuk meraih pendanaan saja, tetapi dengan status perusahaan terbuka (Tbk)  diharapkan kinerja perusahaan negara ini bisa lebih baik karena tuntutan Good Corporate Governance (GCG) yang lebih besar,” jelasnya ke KONTAN saat dihubungi terpisah.

Toto menilai pendanaan untuk proyek panas bumi yang digarap PGE bersifat jangka panjang sehingga kemungkin sulit mendapatkan pendanaan perbankan. Sedangkan alternatif ekuitas melalui IPO bersifat jangka panjang, sehingga relatif cocok.

Menurutnya, minat investor seharusnya tinggi karena PGE adalah bagian dari perusahaan yang mengembangkan energi terbarukan. Sektor ini sejalan dengan tren dunia yang semakin gencar melaksanakan transisi energi sehingga potensinya bagus.

Dia berpesan, setelah menjadi perusahaan terbuka, tuntutan terhadap kinerja PGE semakin besar dari publik dan investor.  Maka itu Perusahaan harus bisa menjaga momentum ini karena saat investor kehilangan kepercayaan pada PGE, misalnya karena kinerja yang merosot atau praktik bisnis yang abai GCG, maka sulit mengembalikan kepercayaan tersebut.

Sejatinya selain IPO, Toto menyatakan, PGE juga bisa memanfaatkan alternatif pendaan dari sumber lain yakni Sovereign Wealth Fund (SWF) atau Lembaga Pengelola Investasi (LPI) dengan mencari mitra global yang tertarik di green energy.

IPO PGE bukan privatisasi, karena saham yang dilepas ke publik hanya sekitar 25%, sehingga Pertamina masih memegang kendali dalam kebijakan maupun operasional perusahaan. Initial Public Offering Pertamina Geothermal Energy (IPO PGE) merupakan aksi korporasi yang lazim dilakukan oleh perusahaan, baik swasta maupun BUMN.

IPO PGE merupakan upaya untuk mendapatkan fresh money untuk pengembangan usaha, sekaligus memperkuat neraca keuangan PGE. Proyek-proyek startegis yang menguntungkan dan berpotensi menambah keuntungan PGE akan lebih mudah terealisasi apabila PGE memiliki dana segar dari IPO.

Sebagai perusahaan publik, PGE akan menjadi perusahaan akan lebih sehat dan bersih dari praktik-praktik illegal dan melawan hukum karena terdapat pengawasan dari regulator dan investor publik.

Sementara itu, Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy Ahmad Yuniarto mengungkapkan dalam waktu lima tahun ke depan perusahaan akan mengembangkan 600 Megawatt (MW) di wilayah kerja yang saat ini telah dimiliki perusahaan. Saat ini perusahaan mengoperasikan 672 MW secara mandiri dan 1,8 GW dioperasikan dengan mitra.

Ahmad mengatakan, saat ini perusahaan memiliki 13 wilayah kerja panas bumi yang tersebar di berbagai daerah. PGEO merupakan pemegang wilayah kerja panas bumi terbesar di indonesia.

"Dari Sumatra, Jawa, Bali, dan Sulawesi Utara. Persebaran yang sangat luas menempatkan PGEO memiliki posisi yang sangat bagus," terang dia.

Kata dia, dengan penyebaran yang merata itu maka kebutuhan energi bersih di berbagai wilayah bisa dilakukan oleh PGEO. Melalui pengemgangan panas bumi bisa memberikan kontribusi yang sangat penting bagi ketahanan energi.

"Wilayah bisa terlibat langsung pemanfaatan energi dan bisa memenuhi kebutuhan energi bersih," ujar Ahmad.

Saat ini, kata Ahmad, pihaknya mengusai bisnis pembangkitan dan juga pengelolaan uap panas bumi. Dengan keahlian mengelola Wilayak Kerja Kamojang di Jawa Barat selama 40 tahun maka secara kapasitas perusahaan sangat ahli dalam bidang panas bumi.

Saat ini PGEO menjual listrik dan juga uap kepada PLN. Kedepannya nanti PGEO bisa juga untuk mengelola dari hulu sampai hilir agar bisa lebih efesien dalam berbisnis. "Soal tim yang kami punya tentu sangat ahli dalam bidang uap, pembangkitan, dan pengembangan sumur," terang Ahmad.

Ahmad menjelaskan, pihaknya juga tidak khawatir dengan fluktuasi harga komoditas karena untuk mengoperasikan pembangkit panas bumi tidak diperlukan bahan baku. Dengan demikian ongkos produksi dari panas bumi sangat kompetitif atau lebih rendah dibandingkan dengan pembangkit jenis lain.

Kelebihan lain adalah, bisnis panas bumi ini juga tidak perlu menambah investasi untuk mengurangi karbon. Sebaliknya malah bisnis panas bumi sangat bersih dan bisa berkontribusi dalam net zero emisi.

"Perlu diingat pembangkit panas bumi ini base load, beroperasi 24 jam dan setiap hari," kata dia.

Seperti diketahui Per kuartal III-2022, pendapatan PGE mencapai US$ 287 juta, tumbuh 3,9%. Sejalan dengan itu, PGE membukukan kenaikan laba bersih signifikan, sebesar 67,8% menjadi US$111 juta.

Net profit margin (NPM) juga melesat dari 24% per kuartal III-2021 menjadi 38,8% per akhir kuartal III/2022. Kinerja solid PGE didukung kesepakatan kontrak jangka panjang atau rata-rata di atas 20 tahun dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero)

Direktur Keuangan PGE Nelwin Aldriansyah mengungkapkan dari pengoperasikan pembangkit panas bumi 672 MW sebesar 342 MW adalah penjualan uap ke PLN. Sedangkan sisanya adalah penjualan listrik ke PLN. "Penjualan listrik 48%," kata dia.

Tetapi, karena harga listrik baik, maka perusahaan mendapat pendapatan yang bagus dari PLN. Sehingga, kata Nelwin, kontribusi listrik ke pendapatan bisa 60% dari total revenue PGE dan 40% penjualan uap total PGE.

Ahmad menjelaskan, dengan berinvestasi pada PGEO maka kita sudah membawa bendera Indonesia ke kancah internasional sebagai perusahaan energi bersih kelas dunia. "Ini adalah investasi indonesia dan generasi indonesia bagaimana menyediakan energi bersih merawat indonesia membantu indonesia zero emisi," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Azis Husaini