Ketua OJK: Dinamika IHSG didominasi sentimen global



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Gabungan Saham (IHSG) mengalami tekanan sepanjang bulan Mei ini. Tambah lagi, aksi unjuk rasa pada 22 Mei kemarin turut mengoreksi kinerja saham, meski cenderung tipis.

Untungnya, IHSG mengalami rebound hari ini dan ditutup pada zona hijau pada level Rp 6.032 atau naik 1,57% dibandingkan penutupan hari sebelumnya.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan, kembali menguatnya harga saham hari ini menjadi tanda positif. Ia juga menilai, unjuk rasa yang terjadi tak mempegaruhi kinerja indeks saham secara signifikan.


"Bahkan dua hari terakhir ini tidak terjadi pergerakan signifikan, malah hari ini menguat 1,5%. Jadi mudah-mudahan ini tanda yang bagus," kata Wimboh, Kamis (21/5).

Memang, Wimboh mengakui, IHSG mengalami pelemahan sejak awal tahun sebesar 4,1%. Pelemahan khususnya tampak sepanjang Mei di mana kinerja IHSG terkoreksi sekitar 8%.

Namun, pelemahan pada Mei ini menurutnya sama sekali tak berkaitan dengan sentimen unjuk rasa hasil pengumuman pemilu yang terjadi di Jakarta selama dua hari terakhir.

"Ini karena memang awal Mei ada faktor global yang signifikan yaitu statemen Presiden AS Donald Trump terkait pengenaan tarif lebih tinggi pada China," tutur Wimboh.

Pelemahan IHSG sejalan dengan penjualan bersih asing (net sell) sepanjang bulan ini yang mencapai Rp 10,6 triliun. Namun, Wimboh mengatakan, secara total investor asing masih mencatat pembelian bersih (net buy) senilai Rp 56,4 triliun.

Kendati begitu, Wimboh meyakini pelemahan IHSG dan penjualan asing tak akan berkepanjangan. Menurutnya, daya tarik pasar Indonesia masih lebih baik sehingga minat investor sangat mungkin kembali.

"Kami yakin ini tidak akan berlangsung lama karena yield di luar kan lebih kecil. Sekarang IHSG juga sudah kembali naik ke atas 6.000, ini tanda yang bagus," ucapnya.

Selain itu, ia juga memandang rangkaian sentimen global seperti prospek perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia, eskalasi perang dagang AS-China, hingga ketegangan geopolitik AS-Iran, tak hanya mempengaruhi pasar modal Indonesia, tetapi juga regional. Sehingga wajar, indeks saham mengalami penurunan yang menurutnya juga cukup wajar karena terjadi secara gradual sejak awal tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi