KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Garuda Indonesia Tbk (
GIAA) masih terus tertekan oleh pandemi covid-19. Tercatat utang Garuda Indonesia menyentuh Rp 70 triliun per Mei 2021. Pengamat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dari Universitas Indonesia (UI) Toto Pranoto mengatakan, ada beberapa langkah untuk menyelamatkan Garuda Indonesia dari lilitan utang tersebut. Misalnya, suntikan pinjaman modal kerja dari pemerintah lewat PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero).
Selain itu,
GIAA juga bisa melakukan restrukturisasi radikal pada pengelolaan struktur biaya yang harus dilanjutkan. Restrukturisasi terutama dalam melakukan renegosiasi dengan lessor pesawat. “Karena beban utang Garuda Indonesia adalah sebagian besar di biaya
leasing pesawat,” jelas Toto kepada Kontan.co.id, Jumat (4/6).
Baca Juga: Soal opsi penyelamatan Garuda Indonesia (GIAA), begini kata serikat pekerja Ia menambahkan, restrukturisasi juga harus dilakukan di sisi bisnis dimana
share pendapatan kargo yang harus bisa ditingkatkan secara optimal serta perlunya strategi untuk mengatur ulang rute pesawat. Hal ini agar aspek efisiensi dan fokus pada segmen
market dapat dijalankan. Selain itu, perusahaan pelat merah ini bisa mengistirahatkan hampir separuh armada pesawat bisa menjadi langkah yang bagus buat mengurangi tekanan
cashflow pada keuangan
GIAA. “Pemberhentian armada ini bisa dilakukan untuk jangka menengah sampai jangka panjang. Sekaligus menunggu pemulihan ekonomi pasca Covid-19 sekaligus untuk penyehatan Garuda. Apabila kinerja
GIAA sudah mulai membaik maka rencana
expansi fleet bisa dipikirkan kembali,” pungkas Toto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari