TOKYO. Nissan Motor Company menjadi produsen mobil dengan keuntungan paling tipis pada kuartal terakhir 2013 lalu dibanding rival senegaranya. Padahal nilai tukar yen yang melemah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) telah menambah pendapatan perusahaan dari ekspor. Laba bersih perusahaan melesat 57% menjadi 84,3 miliar yen (Rp 10,03 triliun) pada periode Oktober-Desember 2013. Ini merupakan keuntungan terendah dibandingkan dengan produsen Jepang lain, seperti Toyota dan Honda. Meski begitu, dengan kenaikan yang tinggi tersebut menyorot CEO Nissan yakni Carlos Ghosn sebagai orang berkinerja #1. Dua tahun lalu, Ghosn juga menghantarkan Nissan sebagai produsen mobil dengan keuntungan terbanyak, khususnya setelah pulih dari tsunami di Jepang. Nissan juga menggalahkan relokasi produksi besar-besaran dari Jepang karena nilai tukar yen semakin tinggi dan masuk ke negara-negara berkembang. Saat ini, Nissan masih berupaya memulihkan produksi yang tertunda. Termasuk, pertumbahan yang melambat di negara berkembang. "Mulai terasa sedikit krisis di perusahaan dan Ghosn menyelesaikannya perlahan-lahan. Kondisi akan membaik, tapi butuh waktu yang panjang," beber Tsuyoshi Mochimaru, analis otomotif dari Longine di Tokyo yang dilansir Reuters (10/2). Laba Bersih Meskipun paling kecil keuntungannya, laba bersih perusahaan tercatat naik 33%, lebih tinggi dari perhitungan analis Bloomberg. Sedangkan laba usaha 78,7 miliar yen, 29% di bawah prediksi awal. Tiga bulan lalu, Ghosn langsung merombak susunan manajemen. Ghosn bahkan memangkas jabatan nomor dua di Nissan (COO) dan beberapa eksekutif perusahaan. Ia juga menyusun ulang lingkup cakupan bisnis perusahaan dari tiga menjadi enam kawasan utama, termasuk China untuk meningkatkan efektivitas. November lalu, Nissan juga mengumumkan memangkas target penjualan tahun ini 15%. Alasannya, eksekusi yang lemah plus turunanya pertumbuhan pasar negara berkembang. Global penjualan Nissan, pada 2013 mencapai rekor baru 5,1 juta unit dan terjadi di negara, yaitu Amerika Serikat, China dan Meksiko. (Agung Kurniawan)
Keuntungan Nissan paling kecil di Jepang
TOKYO. Nissan Motor Company menjadi produsen mobil dengan keuntungan paling tipis pada kuartal terakhir 2013 lalu dibanding rival senegaranya. Padahal nilai tukar yen yang melemah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) telah menambah pendapatan perusahaan dari ekspor. Laba bersih perusahaan melesat 57% menjadi 84,3 miliar yen (Rp 10,03 triliun) pada periode Oktober-Desember 2013. Ini merupakan keuntungan terendah dibandingkan dengan produsen Jepang lain, seperti Toyota dan Honda. Meski begitu, dengan kenaikan yang tinggi tersebut menyorot CEO Nissan yakni Carlos Ghosn sebagai orang berkinerja #1. Dua tahun lalu, Ghosn juga menghantarkan Nissan sebagai produsen mobil dengan keuntungan terbanyak, khususnya setelah pulih dari tsunami di Jepang. Nissan juga menggalahkan relokasi produksi besar-besaran dari Jepang karena nilai tukar yen semakin tinggi dan masuk ke negara-negara berkembang. Saat ini, Nissan masih berupaya memulihkan produksi yang tertunda. Termasuk, pertumbahan yang melambat di negara berkembang. "Mulai terasa sedikit krisis di perusahaan dan Ghosn menyelesaikannya perlahan-lahan. Kondisi akan membaik, tapi butuh waktu yang panjang," beber Tsuyoshi Mochimaru, analis otomotif dari Longine di Tokyo yang dilansir Reuters (10/2). Laba Bersih Meskipun paling kecil keuntungannya, laba bersih perusahaan tercatat naik 33%, lebih tinggi dari perhitungan analis Bloomberg. Sedangkan laba usaha 78,7 miliar yen, 29% di bawah prediksi awal. Tiga bulan lalu, Ghosn langsung merombak susunan manajemen. Ghosn bahkan memangkas jabatan nomor dua di Nissan (COO) dan beberapa eksekutif perusahaan. Ia juga menyusun ulang lingkup cakupan bisnis perusahaan dari tiga menjadi enam kawasan utama, termasuk China untuk meningkatkan efektivitas. November lalu, Nissan juga mengumumkan memangkas target penjualan tahun ini 15%. Alasannya, eksekusi yang lemah plus turunanya pertumbuhan pasar negara berkembang. Global penjualan Nissan, pada 2013 mencapai rekor baru 5,1 juta unit dan terjadi di negara, yaitu Amerika Serikat, China dan Meksiko. (Agung Kurniawan)