Keuntungan tebal di momen spesial (2)



Perayaan Hari Kasih Sayang atawa Valentine menjadi momen yang paling ditunggu oleh para petani bunga mawar di Desa Gunung Sari, Bumiaji, Kota Batu, Malang. Saat itu permintaan bunga mawar akan melonjak tinggi.

Tingginya permintaan juga mengerek naik harga mawar di pasaran. Selain Valentine, permintaan mawar juga tinggi saat musim nikah. "Bunga mawar ini sering juga digunakan untuk acara-acara  pernikahan," kata Rori, salah satu petani mawar.

Menurut Rori, saat ada momen spesial seperti Valentine atau musim nikah, harga bunga mawar mengalami lonjakan sampai tiga kali lipat dari harga normal. Adapun harga normalnya berkisar Rp 2.500 per batang.


Rori mendulang untung besar di dua momen spesial tersebut. Menurut Rori, keuntungan yang didapatnya mencapai 50% dari harga jual. Menurut Rori, bertani mawar menguntungkan karena bisa dipanen setiap hari.

Sekali panen, Rori bisa mendapatkan sekitar 4.000 sampai 5.000 batang mawar segar. Kalikan saja omzetnya jika sebatang mawar dijual seharga Rp 2.500.

Petani mawar lainnya, Liastini, mengaku bisa memanen sebanyak 2.000– 3.000 tangkai mawar per hari. Untuk memetik mawar sebanyak itu, mereka dibantu pekerja lepas.

Rori sendiri mempekerjakan dua orang pekerja yang membantunya memanen mawar setiap hari. Sementara Liastini banyak dibantu anggota keluarganya.

Untuk meningkatkan penjualan, petani mawar di desa ini juga mengembangkan konsep desa wisata. Dengan konsep ini, pengunjung diizinkan terjun ke ladang mawar sekaligus memetiknya.

Menurut Rori, konsep desa wisata mulai dikembangkan sekitar empat tahun belakangan. "Konsep ini didukung oleh pemerintah setempat," katanya.Kata Rori, konsep desa wisata ini berhasil menarik lebih banyak minat wisata-wan untuk berkunjung ke Desa Gunung Sari.

Pengunjung tidak perlu takut salah memetik. Soalnya, pemilik kebun akan menemani dan membimbing pengunjung untuk memilih bunga mawar yang sudah layak petik.

Petani sendiri diuntungkan dengan konsep ini. Soalnya, mereka bisa menjual mawar sama dengan harga di pasaran. "Kami bisa menjual sekitar Rp 3.000 per tangkai," katanya.

Sementara harga Rp 2.500 per tangkai itu berlaku buat pedagang pengumpul (pengepul) yang biasa menampung hasil panen dari para petani. Mayoritas wisatawan yang berkunjung ke desa ini berasal dari Surabaya, Mojokerto, Malang, Jakarta, Solo, dan lainnya.

Petani mawar lainnya, Liastini, mengatakan, wisatawan juga berdatangan saat musim libur sekolah dan di akhir pekan. Bunga mawar yang paling banyak diminati oleh wisatawan adalah mawar warna merah dan merah muda.

Saat KONTAN menyambangi desa ini, Februari lalu,  tidak tampak wisatawan di ladang mawar di desa ini. Penyebabnya adalah masih banyaknya abu vulkanik Gunung Kelud yang menutupi seluruh areal perkebunan mawar di desa ini.       (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri