KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Daya beli masyarakat diindikasikan mengalami penurunan pada Oktober 2024. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyampaikan, daya beli masyarakat diindikasikan turun, tercermin dari menurunnya kinerja penjualan eceran atau
Indeks Penjualan Riil (IPR) yang diperkirakan melambat, dan Indeks Keyakinan Konsumen yang mengalami penurunan. “Tren penurunan IKK dan IPR dapat mengindikasikan penurunan daya beli masyarakat,” tutur Josua kepada Kontan, Selasa (12/11).
Sebagai informasi, mengacu survei penjualan eceran Bank Indonesia (BI), penjualan eceran yang tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Oktober 2024 yang diperkirakan mencapai 209,5 atau tumbuh sebesar 1,0%
year on year (YoY). Pertumbuhan IPR melambat bila dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 4,8% YoY.
Baca Juga: Kinerja Penjualan Eceran Oktober Diperkirakan Melambat, Apa Penyebabnya? Sementara secara bulanan, IPR diperkirakan masih mengalami kontraksi 0,5%
month to month (MtM), namun kontraksi tersebut mengalami perbaikan dari bulan sebelumnya yang juga mengalami kontraksi sebesar 2,5% MtM. Kemudian, hasil survei terbaru dari BI menunjukkan, adanya penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Oktober 2024. IKK pada Oktober 2024 turun menjadi 121,1 dari bulan sebelumnya berada pada level 123,5. Josua menambahkan, indikasi daya beli menurun juga tercermin dari Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dalam IKK yang meliputi penghasilan saat ini, pembelian barang tahan lama dan ketersediaan lapangan kerja yang cenderung mengalami penurunan. Apabila dilihat berdasarkan kelompok pengeluarannya, seluruh kelompok pengeluaran mengalami penurunan IKE kecuali kelompok konsumen dengan pengeluaran antara Rp 1-2 juta. Namun, meningkatnya kelompok dengan pengeluaran tersebut, masih mempertimbangkan bahwa pemerintah masih melanjutkan penyaluran BLT Mitigasi Risiko Pangan (MRP) hingga akhir tahun yang ditujukan bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Baca Juga: Belanja Perpajakan Terus Meningkat, Pemerintah Diminta Evaluasi Kemanfaatannya “Sementara itu, kondisi masyarakat berpenghasilan menengah masih dipengaruhi oleh kondisi yang sulit mempertimbangkan arus PHK di beberapa industri manufaktur serta peralihan tenaga kerja yang bekerja di sektor informal,” ungkapnya.
Melihat kondisi tersebut, Josua mengimbau agar pemerintah melakukan beberapa kebijakan setidaknya dalam jangka pendek ini. Sebab, apabila belum ada kebijakan yang signifikan dari pemerintah terutama dari sisi permintaan dalam rangka mendongkrak daya beli kelas menengah, maka stagnasi atau bahkan tren penurunan dari IKK dan IPR diperkirakan akan berlanjut. “Ini bisa berlanjut hingga nanti pada umumnya akan kembali meningkat mendekati periode Idul Fitri tahun depan,” tandasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .