KONTAN.CO.ID - KAIRO. Khaled Meshaal, yang diperkirakan akan menjadi pemimpin baru Hamas, mulai dikenal di seluruh dunia pada tahun 1997 setelah agen-agen Israel menyuntiknya dengan racun dalam upaya pembunuhan yang gagal di jalan di luar kantornya di ibu kota Yordania, Amman. Meshaal, yang berusia 68 tahun, sebelumnya menjabat sebagai pemimpin politik Hamas di pengasingan. Percobaan pembunuhan terhadap Meshaal pada tahun 1997 diperintahkan oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang menyebabkan kemarahan Raja Hussein dari Yordania.
Baca Juga: Pemimpin Iran Bersumpah Membalas Kematian Pimpinan Hamas Ismail Haniyeh Israel kemudian menyerahkan penawar racun yang digunakan dalam serangan tersebut dan membebaskan pemimpin Hamas Sheikh Ahmed Yassin. Namun, Yassin dibunuh oleh Israel tujuh tahun kemudian. Hamas, yang didukung oleh Iran, dianggap sebagai kelompok teroris oleh Israel dan negara-negara Barat karena terlibat dalam serangan bom bunuh diri dan perang dengan Israel. Namun, bagi para pendukung Palestina, Meshaal dan pimpinan Hamas lainnya dianggap sebagai pejuang pembebasan melawan pendudukan Israel. Meshaal memiliki hubungan yang rumit dengan Iran karena dukungannya terhadap pemberontakan Sunni pada tahun 2011 melawan Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Baca Juga: Profil Ismail Haniyeh, Pemimpin Hamas yang Moderat dan Tangguh Meski demikian, Hamas tetap mempertahankan hubungan dengan Iran, terutama melalui pejabat senior seperti Khalil al-Hayya, yang berbasis di Qatar. Setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan 1.200 orang di Israel, Meshaal menyatakan bahwa serangan tersebut mengembalikan perhatian dunia pada perjuangan Palestina. Dia juga mengajak dunia Arab dan Muslim untuk bergabung dalam perjuangan melawan Israel.
Meshaal, yang lahir di Silwad dekat Ramallah, telah menghabiskan sebagian besar hidupnya di luar wilayah Palestina. Dia bergabung dengan Ikhwanul Muslimin pada usia 15 tahun dan kemudian menjadi tokoh penting dalam Hamas. Setelah percobaan pembunuhan terhadapnya, Meshaal menjadi simbol perlawanan Palestina.
Baca Juga: Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh Tewas Dibunuh di Iran Meshaal kini tinggal di Doha dan Kairo setelah meninggalkan Suriah pada tahun 2012 akibat konflik di negara tersebut. Meskipun sempat mengalami ketegangan dengan pimpinan Hamas di Gaza, Meshaal tetap menjadi salah satu tokoh penting dalam organisasi tersebut.
Editor: Noverius Laoli