JAKARTA. Ancaman krisis ekonomi global membuat PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) menghentikan pemberian kredit valuta asing (valas) untuk debitur baru sejak September 2011. BNI hanya melanjutkan penyaluran kredit valas berdasarkan komitmen yang sebelumnya sudah diberikan. "Kami belum bisa pastikan sampai kapan karena mau lihat kondisi dulu. Terutama untuk kredit ekspor ke China kami lebih berhati-hati," ujar Direktur Utama BNI Gatot M Suwondo, Kamis (27/10). Perseroan optimistis kebijakan tersebut tak sampai memperlambat rencana pertumbuhan kredit perseroan di kisaran 17%-19% sampai akhir tahun ini. "Tidak masalah karena masih ada kredit rupiah. Proyek-proyek MP3EI juga banyak," kata Gatot. Direktur Treasury and Financial Institution BNI Adi Setianto menambahkan likuiditas valas BNI masih terbilang aman. Hal ini ditunjang dari pasokan valas yang ditempatkan perusahaan-perusahaan BUMN, remittance, serta penempatan dana dari perusahaan migas. Saat ini Giro Wajib Minimum (GWM) Sekunder BNI sebesar US$ 600 juta. "Dalam kondisi normal biasanya US$ 400 juta sedangkan saat situasi ketat nilainya mencapai US$ 800 juta," kata Adi. Dengan kondisi likuiditas saat ini serta penyaluran kredit valas yang lebih selektif, loan to deposit ratio (LDR) valas BNI per September 2011 mencapai 83%. Posisi ini turun dibandingkan level sebelum pengetatan kredit valas dilakukan, yaitu di 85%.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Khawatir krisis global, BNI stop kredit valas
JAKARTA. Ancaman krisis ekonomi global membuat PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) menghentikan pemberian kredit valuta asing (valas) untuk debitur baru sejak September 2011. BNI hanya melanjutkan penyaluran kredit valas berdasarkan komitmen yang sebelumnya sudah diberikan. "Kami belum bisa pastikan sampai kapan karena mau lihat kondisi dulu. Terutama untuk kredit ekspor ke China kami lebih berhati-hati," ujar Direktur Utama BNI Gatot M Suwondo, Kamis (27/10). Perseroan optimistis kebijakan tersebut tak sampai memperlambat rencana pertumbuhan kredit perseroan di kisaran 17%-19% sampai akhir tahun ini. "Tidak masalah karena masih ada kredit rupiah. Proyek-proyek MP3EI juga banyak," kata Gatot. Direktur Treasury and Financial Institution BNI Adi Setianto menambahkan likuiditas valas BNI masih terbilang aman. Hal ini ditunjang dari pasokan valas yang ditempatkan perusahaan-perusahaan BUMN, remittance, serta penempatan dana dari perusahaan migas. Saat ini Giro Wajib Minimum (GWM) Sekunder BNI sebesar US$ 600 juta. "Dalam kondisi normal biasanya US$ 400 juta sedangkan saat situasi ketat nilainya mencapai US$ 800 juta," kata Adi. Dengan kondisi likuiditas saat ini serta penyaluran kredit valas yang lebih selektif, loan to deposit ratio (LDR) valas BNI per September 2011 mencapai 83%. Posisi ini turun dibandingkan level sebelum pengetatan kredit valas dilakukan, yaitu di 85%.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News