Kian berkembang, reksadana pasar uang semakin menarik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Munculnya fitur baru seperti pencarian dana di hari yang sama untuk reksadana pasar uang atau T+0, semakin menambah variasi investasi di industri reksadana Tanah Air. Bahkan, reksadana pasar uang dinilai sebagai instrumen investasi yang cukup menarik saat ini.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, reksadana pasar uang termasuk sebagai jenis investasi yang paling berkembang saat ini. Selain paling aman, reksadana pasar uang juga menawarkan likuiditas.

Bahkan, beberapa reksadana pasar uang saat ini bisa dibeli dengan mudah di market place, dan ditransaksikan secara online. Sehingga, produk tersebut sangat relatif mudah dijadikan sebagai pilihan investasi dengan risiko yang cukup minim.


"Kami melihat, ini alternatif yang sangat menarik sekali dan bersaing dengan tabungan dan deposito. Apalagi kalau sudah bisa T+0, jadi mirip tabungan dengan rate yang lebih tinggi," kata Wawan kepada Kontan.co.id, Selasa (28/5).

Dia juga mengatakan, berkaca dari kinerja tahun lalu, reksadana pasar uang mampu menghasilkan return atau imbal hasil rata-rata 4,5% hingga 5% per tahunnya. Hal ini semakin meyakinkan investor bahwa reksadana pasar uang cukup menarik.

Ditambah lagi, dengan fitur T+0 investor semakin mudah untuk masuk dan juga keluar. Sehingga produk tersebut menarik baik bagi institusi, investor ritel hingga e-commerce, meskipun diakui investasi dari institusi, asuransi dan perbankan jauh lebih besar dari sisi nominal.

"Secara nominal dari institusi lebih menarik. Namun kalau dari jumlah, ritel juga menarik untuk dikembangkan sepanjang bisa dijangkau teknologi," ungkapnya.

Bahkan, Wawan menilai baik manajemen investasi (MI) maupun market place bisa menekan biaya dengan memanfaatkan perkembangan teknologi. Dari sisi nasabah atau investor juga akan diuntungkan, karena dapat dengan mudah mengakses produk reksadana pasar uang, dengan jaminan return di atas deposito dan tabungan.

Apalagi reksadana pasar uang dianggap memiliki risiko yang cukup kecil, mengingat investasinya cenderung dilakukan kepada produk-produk likuid.

Kalaupun ada risiko rugi, Wawan menilai kemungkinannya sangat kecil, seperti risiko masuk ke obligasi yang gagal bayar, atau bank kustodiannya bermasalah.

"Tapi kalau manajemen investasinya prudent, risiko gagal bayar hampir tidak ada. Apalagi, sejauh ini bank-bank kita masih relatif sehat, jadi enggak masalah," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto