Kian kreatif, bisnis home decor kian cantik



KONTAN.CO.ID - Memiliki rumah cantik dan tertata apik menjadi idaman banyak orang. Kini, mempercantik rumah tengah menjadi tren kaum hawa. Beragam pernak-pernik untuk mendekor rumah pun banyak bermunculan.  

Rio Tomi Saputra, pemilik My Pine Wood Working asal Pacitan Jawa Timur, mengatakan, seiring dengan munculnya hobi mendekor rumah, pasar produk dekorasi rumah kian meningkat. Belum lagi ditambah menjamurnya bisnis kafe dan rumah makan dengan dekorasi otentik dan unik juga makin memperluas pasar bisnis ini.

"Tiap tahun ada peningkatan permintaan. Dulu, saya tertarik terjun di bisnis ini karena melihat banyak kafe dan rumah makan. Daripada bisnis kafenya, mending menyediakan produk dekorasinya," kata Rio.


My Pine Wood Working yang Rio akhir 2014 lalu ini menyediakan produk dekorasi berbahan kayu, seperti rak dinding, hanger, nampan, paket meja dan kursi, tulisan hiasan dinding dan pot. Harga yang dibanderol beragam.

Pot mulai Rp 25.000 sampai Rp 250.000 per buah, rak dinding mulai dari Rp 100.000 - Rp 1,7 juta, sedangkan nampan mulai Rp 75.000 - Rp 350.000. Tulisan hiasan dinding dan hanger berkisar Rp 30.000 - Rp 150.000 per buah.  

"Harga biasanya relatif, tergantung model, ukuran, warna dan bahan kayunya. Empat hal itu biasanya jadi patokan ditambah jumlah pembelian," jelas Rio.

Dalam sebulan, Rio mengaku bisa menjual 100 - 400 item produk dekorasi berbahan kayu. Omzet hingga puluhan juta rupiah pun bisa dikantonginya saban bulan. "Konsumen saya banyak dari Jakarta dan Bandung, ada juga dari Surabaya, Malang, Bali, Sidoarjo, Jember, Sumatra bahkan pernah ada yang pesan dari Papua," ungkap Rio.  

Pernak-pernik dekorasi rumah biasanya dibuat dari kayu pinus atau limbah kayu pallet. Kedua jenis kayu tersebut dipilih karena harganya relatif mudah didapat.

Rio menjelaskan, selain kayu pinus memiliki harga terjangkau, masa kayu juga ringan, cocok untuk diolah menjadi pernak - pernik dekorasi. Pasalnya, jenis kayu lain, seperti jati atau sonokeling, masa kayunya lebih berat. Di sisi lain, pernak-pernik dekorasi tidak mungkin dibuat dari bahan yang terlalu berat.

Makin banyaknya peminat dekorasi rumah mendorong munculnya banyak pelaku usaha di bidang ini. Mereka pun harus punya startegi khusus supaya produknya tetap dilirik.  

Rio mengatakan, salah satu nilai jual yang terkandung dalam produk My Pine Wood Working terletak pada bahan dan cat yang digunakan. Ia bilang seluruh produknya menggunakan bahan yang aman bagi kesehatan. Mulai dari proses awal sampai finishing, Rio menggunakan bahan yang sangat minim bahan kimia.

"Untuk bahan cat dan lem, saya gunakan yang alami. Misal, cat yang saya gunakan berbahan dasar air (water based), jadi relatif aman untuk anak-anak dan orang dewasa. Saya tidak menggunakan tinner, karena beberapa tinner ada kandungan formalinnya," terang Rio.

Cat waterbased yang Rio gunakan pun sudah bersertifikat organik. Rio mendapatkannya dari seorang perajin mebel di daerahnya yang produknya berorientasi ekspor. Sedangkan untuk lem dan obat pengawet juga menggunakan produk organik.

Konsekuensinya, harga produk dekorasi My Pine Wood Working mungkin sedikit lebih mahal dibanding yang lain. "Harga lebih mahal sedikit karena bahan yang saya gunakan juga aman dan bersertifikat. Saya percaya, konsumen pasti mengerti," ujar Rio.

Kuncinya kreatif

Pemain lain produk home decor kekayuan yaitu Angela Rari Radityari, pemilik Wall Art Ku asal Jakarta. Ia mengaku sudah mulai melirik bisnis dekorasi tembok untuk pasar lokal sejak tahun 2012 lalu. Rata-rata peminatmya adalah kaum urban.

Gaya desainnya yang minimalis, inovatif, lucu, dan out of the box menjadi faktor pemikatnya. "Saat ini, kian berkembang karena para produsen makin kreatif sehingga menghasilkan desain produk yang bermacam-macam," katanya pada KONTAN.

Dianggap sebagai ladang bisnis yang menguntungkan dan memiliki ketertarikan di bidang home decoration, perempuan yang lebih akrab disapa Rari ini mulai menjajal peruntungan bisnisnya dengan membuka Wall Art Ku pada tahun 2016 lalu.

Agar tampak berbeda dan menghasilkan produk sesuai gaya pelanggan, Rari membuka permintaan custom desain. Produk yang banyak diminati seperti kolase foto, eyering holder, dan lainnya.

Material bahan baku yang digunakan adalah kayu jati belanda dan kayu MDF. Ibu satu anak ini menjalin kerjasama dengan suplayer di Jakarta untuk memasok seluruh kebutuhan kayu.

Di tahap produksi, ada dua perajin yang membantunya memenuhi seluruh permintaan konsumen. Untuk urusan desain produk masih ditangani sendiri oleh Rari. Proses pengerjaannya pun dibutuhkan waktu sekitar lima sampai empat belas hari kerja.

Harganya dibandrol mulai dari Rp 45.000 sampai dengan tidak terhingga disesuaikan dengan desain permintaan konsumen. Sayangnya, dia enggan menjelaskan total omzet yang berhasil dikantonginya saban bulan. Rata-rata konsumennya berasal dari kota-kota besar seperti Jakarta, Yogyakarta, Bogor, Surabaya, Tangerang, dan lainnya.

Kendala usaha yang dihadapinya adalah terbatasnya model kayu sehingga tidak bisa menghasilkan produk yang sama persis dalam jumlah banyak. Agar konsumen tidak kecewa, dia selalu menjelaskan hal tersebut.

Berhasil membentuk pasar sendiri, tidak membuat Rari bersantai-santai dalam menjalankan bisnisnya. Dia masih tetap melakukan promosi melalui media sosial seperti Instagram, Facebook untuk menjaring pelanggan baru.

Tidak hanya itu, berbagai gimik seperti kupon yang dapat dijadikan hadiah untuk rekanan sampai dengan mengunggah testimoni untuk memperkuat brand image usaha. Maklum saja, persaiangan disektor ini sudah cukup ketat.

Produk dari kayu lebih disukai

Pelaku usaha produk dekorasi rumah kekayuan lainnya adalah Agustina Wheny Christian, pemilik dari Kayon Living asal Semarang. Berbeda dengan pelaku-pelaku usaha di atas yang telah lama merintis usahanya, Wheny yang lebih dikenal sebagai Denis ini mengaku baru memulai usahanya tersebut pada tahun 2018.

"Kalau boleh jujur saya baru merintis usaha di bidang ini dan baru membuka pemesanan pada tahun 2018 ini," ujarnya kepada KONTAN, Minggu (1/7).

Ia mengaku, mulai tertarik dengan produk home decor dimulai dari hobinya yang suka membuat sesuatu yang unik dan kreatif sejak masih dibangku Sekolah Dasar. Saat itu, dia memang sudah menjual barang-barang kreasi pada teman-teman sekolah. Misal, membuat kartu lebaran, kartu natal, kartu tahun baru, hingga kartu ulang tahun menggunakan kertas-kertas kerajinan.

Hal ini pun berlanjut sampai saya dibangku kuliah. Ia membuat frame-frame foto dari kertas hingga buku diari. Bahkan, ia meminta sanak saudara untuk memasarkan produk tersebut.

Kemudian setelah menikah, Denis gemar mendekor rumah agar terlihat unik dan rapi hingga pada akhirnya memutuskan untuk merintis usaha produk home decor dari kekayuan tahun ini ujarnya.

Menurutnya, alasan memilih bahan dasar kayu karena melihat perkembangan zaman dan tren masyarakat yang dominan lebih memilih menggunakan dekorasi rumah dari kayu dibandingkan bahan lainnya terutama untuk dijadikan dekor antik, ala pedesaan, ala skandinavian dan sebagainya.

Menurut Denis, usahanya tersebut menyediakan produk dekorasi seperti bingkai foto, boks penyimpanan, talenan, rak kayu, gantungan baju, rak buku, tangga kayu, cermin jendela ala pedesaan, tangga kayu yang bisa difungsikan sebagai hanger, hingga tempat baju kotor.

Harga yang dibandrol untuk walldecor, strorage crate kayu, bench store, hingga tangga kayu di kisaran Rp 35 ribu  Rp 650 ribu tergantung jenis atau model prodek serta ukuran besar dan kecilnya.

Seluruh produk ini dibuat sendiri oleh Denis dan suami. "Ide dari saya dan bagian membuat produk hingga barang jadi dibantu oleh suami saya. Produk-produk tersebut ada yang dibuat dari awal dan ada yang hanya merubah fungsinya saja," ujarnya.

Meski termasuk pemain baru, Denis pun segera mengecap manis bisnis ini. Di tahun pertama mulai merintis, ia sudah dapat mengantongi omzet Rp 1 juta  Rp 5 juta perharinya. "Di awal merintis ini saya sudah punya beberapa pelanggan yang repeat order jadi kalau lagi ramai order omzet per harinya bisa Rp 1 juta-Rp 5 juta," ujarnya.

Ia mengaku, rata-rata konsumennya adalah kalangan ibu-ibu muda dan anak muda zaman sekarang yang melakukan pesanan dari Sidoarjo, Jabodetabek, Semarang, hingga Denpasar.

Ditanya soal kendala, Denis mengklaim bahwa sejauh ini, ia belum mengalami kendala baik dari bahan baku, produksi, hingga pengiriman.        

Pilih kayu murah dan gampang dicari

Selain desain, pengusaha dekorasi, terutama yang fokus menggarap bahan kayu, juga harus paham soal bahan baku. Terutama, dalam menentukan jenis kayu yang akan dipakai dan kondisi pasokannya.

Tujuannya, agar tak menjadi kendala di kemudian hari, saat pesanan ramai berdatangan. Penentuan bahan baku juga berkaitan dengan harga jual. Sebagai produk pelengkap, tentu konsumen juga memperhitungkan harga jual, plus biaya pengiriman.

Pengusaha pun harus memahami karakteristik kayu yang dipakai. Sebab, pengolahan setiap jenis kayu berbeda-beda. Apalagi, jika produk yang dibuat mempunyai keunikan tersendiri. Misal, ada yang ingin menampilkan serat kayu sebagai keunikan, atau ingin kayu yang lunak dan ringan supaya gampang dibentuk.

Pernak-pernik dekorasi rumah berbahan kayu biasanya dibuat dari kayu pinus atau limbah kayu pallet, mengingat jenis kayu tersebut mudah di dapat dan harganya cukup terjangkau. Namun, selain kedua kayu itu, ada pula beberapa pelaku yang menggunakan bahan baku kayu jati.

Contohnya Rio Tomi Saputra, pemilik My Pine Wood Working ini menggunakan bahan baku kayu pinus atau pallet dan cat air (non bahan kimia) sehingga aman untuk konsumen dan jangkauan anak-anak.

Sedangkan, Rari Radityari, pemilik Wall Arrt Ku lebih memilih menggunakan bahan baku kayu jati dan kayu MDF.  Tak heran jika harga yang dibandrol juga lebih tinggi dibandingkan pelaku usaha lainnya yang menggunakan bahan pallet karena harga bahan bakunya memang lebih tinggi.

Sementara Denis, pemilik Kayon Living memilih untuk menggunakan semua bahan kayu, seperti kayu pinus atau pallet, kayu albasia, maupun jati.

Selain bahan baku, di masa sekarang, pengusaha juga harus punya strategi pemasaran yang tepat. Berbeda dengan perilaku konsumen dulu, kini kaum muda lebih akrab dengan media sosial. Dan, media sosial pun menjadi media tepat untuk berjualan.

Begitu pula dengan ketiga pemain home decor ini. Mereka lebih banyak menggunakan akun Instagram sebagai lapak berjualan. Maklum, di Instagram mereka lebih leluasa untuk memasang foto.

Namun, tak asal memasang foto-foto produk. Mereka juga harus pandai menata lay out produk yang disandingkan dengan barang-barang lainnya. Adakalanya, rumah pun menjadi etalase supaya konsumen bisa juga mendapat inspirasi untuk pemakaian yang tepat.  

Tak jarang pula, para pelaku usaha ini juga mengendors para pemilik rumah yang selama ini punya banyak follower di Instagram. Bahkan, langkah ini sering menjadi cara promosi yang jitu untuk menarik konsumen lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Johana K.