KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Masih banyak perusahaan yang antre melakukan penjualan saham perdana atau initial public offering (IPO). Beberapa calon emiten yang akan IPO saham tersebut terdiri dari sektor dan bisnis yang beragam seperti sektor basic materials, transportation & logistic, industrials dan consumer non cyclical. Kepala Riset Surya Fajar Sekuritas Raphon Prima memprediksi, pada semester II-2023, perusahaan akan semakin banyak yang ingin IPO. Hal ini karena pada 2024 akan ada pemilu. "Feedback dari perusahaan-perusahaan yang dalam proses IPO, mereka tidak ingin IPO pada 2024 karena kuatir nanti akan ada imbas perubahan kebijakan terkait kontestasi politik," jelasnya.
Raphon melihat potensi serapan pasar terhadap saham-saham IPO masih sangat baik. Terutama pada saham IPO dengan nominal rendah di bawah Rp 200 miliar biasanya sudah mendapatkan standby investor sebelum IPO. Menurut Raphon, sentimen dari pemilu dan suku bunga acuan akan turut mempengaruhi minat perusahaan untuk IPO dan prospek saham IPO tergantung pada valuasi pada saat IPO. "Beberapa valuasi nya sangat tinggi. Nah saham demikian pastinya di masa depan akan mengalami kelesuan walau di saat IPO bergerak naik tajam," jelasnya.
Baca Juga: IPO Graha Mitra Asia (RELF) Catatkan Oversubscribed 6,28 Kali Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian melihat daya serap pasar terhadap saham-saham IPO pasar akan tertunda dahulu lantaran adanya sentimen risk off. Ini karena para pelaku pasar cenderung pesimistis terhadap kondisi perekonomian yang kian memburuk. "Tantangannya berkaitan dengan sentimen perlambatan ekonomi global, terutama dari China, Sementara peluangnya dari ekspektasi pemulihan daya beli, karena adanya pemilu bisa mendongkrak tingkat konsumsi masyarakat," jelasnya Fajar melihat sentimen domestik yang mempengaruhi saham-saham yang akan IPO berasal dari adanya kampanye pemilu dan peluang BI melonggarkan kebijakan moneter. Sementara dari global, masih seputar arah suku bunga The Fed dan bank sentral lainnya. Selain itu, potensi resesi di AS juga menjadi perhatian pasar di semester kedua ini. Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menyampaikan masuk ke semester II-2023 dan ditengah kondisi ekonomi saat ini masih akan banyak perusahaan yang akan melaksanakan IPO. Menurut Nico, ketika perusahaan mau mencari pendanaan di pasar modal ada dua cara yaitu pada penerbitan saham dan penerbitan obligasi, namun obligasi erat dengan suku bunga dan inflasi. "Kita tau inflasi sudah terkendali tapi tingkat suku bunga masih tinggi dan perusahaan harus memberikan kupon yang lebih besar sehingga ada cost of fund yang lebih besar. Sehingga alternatif pendanaan yang lebih murah yaitu penerbitan saham," jelasnya kepada Kontan.co.id, Rabu (21/6). Nico menyampaikan hingga akhir tahun masih terdapat banyak peluang bagi perusahaan-perusahaan yang akan IPO bertambah. Namun, para pelaku pasar modal harus tetap memperhatikan tujuan utama membeli saham dan saham seperti apa yang akan dibeli dan para investor direkomendasikan untuk memperhatikan sektor saham dari emiten yang akan IPO contohnya sektor properti masih kurang bagus lantaran tingkat suku bunga tinggi. Selain itu, Nico menyampaikan perhatikan situasi dan kondisi ekonomi domestik hingga global lalu kaitkan dengan sektor yang akan dipilih. "Contohnya energi terbarukan, pemerintah mencanangkan fokus terhadap industri hijau, tentu saham-saham yang bergerak di sana dapat menjadi perhatian investor sendiri contoh VKTR yang oversubscribe saat IPO kemarin," tuturnya
Menurut Nico, sektor yang saat ini menarik dan dapat dipilih investor yaitu sektor consumer non cyclical, transportasi & logistik, dan energi walaupun adanya perlambatan harga-harga komoditas. Raphon menyampaikan sektor yang masih cukup menarik dan dapat diperhatikan investor yaitu sektor consumer goods yang memiliki basis customer retail.
Baca Juga: Pasar Modal Semarak, Begini Peluang dan Tantangan IPO di Tahun Ini Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat