JAKARTA. Langkah kaki PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) masih berat. Rapor kinerja BDMN masih muram. Hingga kuartal III-2014, pertumbuhan kredit BDMN hanya tumbuh 7% year on year (yoy) menjadi Rp 136,68 triliun. Akibatnya, laba bersih turun 30% jadi Rp 2,1 triliun. Kredit yang seret ini disebabkan segmen kredit mikro Danamon Simpan Pinjam (DSP) stagnan Rp 19,7 triliun. Kinerja kredit BDMN tertopang kredit komersial yang tumbuh 15% menjadi Rp 17 triliun per September 2014. Sementara itu, kredit segmen usaha kecil dan menengah (UKM), naik 11% menjadi Rp 22,5 triliun. Selain kredit, pemicu penyusutan laba adalah kenaikan beban operasional menjadi Rp 7,41 triliun. Kinerja BDMN ini masih berada di bawah harapan. Tjandra Lienandjaja, Analis Mandiri Sekuritas dalam riset (17/10) mengatakan, laba bersih BDMN hanya mencapai 63% dari target konsensus di akhir tahun. Menurut dia, pertumbuhan kredit yang rendah, pendapatan non-interest rendah, dan biaya provisi yang tinggi menjadi pangkal permasalahan kinerja BDMN yang mengkeret.
Kinerja emiten ini mengkeret jika harga BBM naik
JAKARTA. Langkah kaki PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) masih berat. Rapor kinerja BDMN masih muram. Hingga kuartal III-2014, pertumbuhan kredit BDMN hanya tumbuh 7% year on year (yoy) menjadi Rp 136,68 triliun. Akibatnya, laba bersih turun 30% jadi Rp 2,1 triliun. Kredit yang seret ini disebabkan segmen kredit mikro Danamon Simpan Pinjam (DSP) stagnan Rp 19,7 triliun. Kinerja kredit BDMN tertopang kredit komersial yang tumbuh 15% menjadi Rp 17 triliun per September 2014. Sementara itu, kredit segmen usaha kecil dan menengah (UKM), naik 11% menjadi Rp 22,5 triliun. Selain kredit, pemicu penyusutan laba adalah kenaikan beban operasional menjadi Rp 7,41 triliun. Kinerja BDMN ini masih berada di bawah harapan. Tjandra Lienandjaja, Analis Mandiri Sekuritas dalam riset (17/10) mengatakan, laba bersih BDMN hanya mencapai 63% dari target konsensus di akhir tahun. Menurut dia, pertumbuhan kredit yang rendah, pendapatan non-interest rendah, dan biaya provisi yang tinggi menjadi pangkal permasalahan kinerja BDMN yang mengkeret.