JAKARTA. Harga emas batangan yang terus menanjak dalam beberapa hari terakhir menjadikan emas batangan mulai dilirik sebagai salah satu alternatif untuk berlindung. Sebabnya, gejolak ekonomi dunia bisa memicu ketertarikan pelaku pasar pada aset safe haven seperti emas.

Mengutip www.logammulia.com, Selasa (25/8) harga emas batangan PT Antam Tbk kembali menanjak Rp 1.000 atau 0,17% ke level Rp 564.000 dibanding hari sebelumnya. Begitu pun dengan harga buyback yang juga naik Rp 1.000 menjadi Rp 496.000. Harga ini juga sudah melesat Rp 17.000 dalam sepekan terakhir.

Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures melihat hal ini sebagai peluang bagi pelaku pasar untuk berlindung kepada emas antam. Gejolak perekonomian global terutama di China meningkatkan daya tarik emas baik spot dan antam.

“Selama harga saham masih diliputi sentimen negatif, emas spot akan terangkat dan rupiah akan terus melemah maka positif bagi emas antam,” jelas Deddy. Karena saat ini belum ada katalis positif yang diprediksi akan menaungi ekonomi China.

Tidak hanya minimnya langkah People's Bank of China (PBOC) untuk melakukan pelonggaran stimulus agar kembali mendongkrak yuan, tapi juga sajian data ekonomi China menyuguhkan rapor merah yang berkepanjangan.

Dugaan Deddy kalau belum ada perbaikan ekonomi dari China dan The Fed memilih untuk menahan suku bunganya karena faktor ini maka peluang harga emas antam untuk terus menanjak terbuka lebar. “Segera ambil posisi beli ketika emas antam di atas level Rp 500.000 dengan posisi rupiah Rp 13.800 – Rp 14.100,” sarannya.

Sebabnya menurut Deddy, jika perekonomian global goyah seperti ini aset safe haven seperti emas jelas menjadi alternatif untuk mencari keamanan. Ketika emas spot bisa mempertahankan posisinya di atas level Rp 1.100 maka bukan tidak mungkin emas antam di akhir tahun bisa di level Rp 600.000.

“Prediksi saya sepekan harga emas antam bisa terus terangkat hingga kisaran Rp 530.000 – Rp 580.000,” duga Deddy. Itu karena melihat harapan terjaganya fungsi safe haven emas spot dan pelemahan rupiah yang belum memiliki katalis positif untuk membalikkan keadaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto