Sejak tahun 2014 khususnya di era pemerintahan baru, sektor perpajakan memang dijadikan prioritas utama pendanaan APBN. Kondisi ini tak lepas dari semangat migrasi APBN dari sumbangan industri sumber daya alam (SDA) khususnya pertambangan yang dimasa lalu menjadi kontributor utama dan kini terus turun bersamaan dengan kontribusi sumber daya alam lainnya seperti batubara, karet serta kelapa sawit atau crude palm oil (CPO). Yang terus meningkat perlahan namun pasti justru penerimaan devisa sektor pariwisata. Sejak tahun 2017, kontribusi pariwisata bahkan sudah melebihi sumbangan devisa sektor SDA dan diperkirakan akan menjadi penyumbang devisa terbesar di 2020. Tak heran jika pemerintah mulai menjadikan sektor pariwisata sebagai sektor masa depan Indonesia. Pariwisata telah disepakati menjadi salah satu sektor andalan dalam pembangunan nasional Indonesia. Salah satu hal urgent yang terus diupayakan untuk diperbaiki adalah memperkuat jejaring yang telah ada dan meningkatkan daya saing usaha pariwisata Indonesia. Penguatan jejaring tersebut bisa tercapai jika hubungan dapat terjalin dengan harmonis di antara pemerintah, dunia usaha dan masyarakat.
Dewasa ini telah terjadi pergeseran minat dari wisatawan (consumer-behaviour pattern). Mereka tidak lagi terfokus hanya ingin santai dan menikmati sun-sea and sand, melainkan telah mengalami perubahan ke jenis wisata yang sophisticated meski tetap santai tetapi dengan selera yang meningkat, yaitu menikmati produk atau kreasi budaya (culture), peninggalan sejarah (heritage) dan nature atau ekowisata suatu daerah atau negara. Perubahan tersebut terjadi sebagai akibat tingginya overvisitasi pada kawasan wisata yang telah terkenal sebelumnya di Eropa dan Amerika serta munculnya kejenuhan wisatawan untuk mengunjungi kawasan artifisial yang mengubah lansekap alam dan merusak lingkungan. Pemerintah sendiri sudah mulai menggeber program wisata sejak 2008 dengan program Visit Indonesia. Hasilnya, pada tahun itu jumlah wisman yang datang mencapai rekor tertinggi sebesar 6,23 juta orang. Faktor lain yang tak kalah penting adalah pergerakan wisatawan nusantara. Disadari bahwa peranan wisnus merupakan yang terbesar dalam menciptakan dampak ekonomi, maka Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata semakin gencar mengajak penduduk Indonesia berwisata di dalam negeri dengan slogan “Ayo Jelajahi Nusantara”, “Kenali Negerimu, atau Cintai Negerimu”. Berbagai perbaikan di periode sebelumnya tersebut kemudian membuahkan hasil di periode saat ini. Pada periode Januari 2017 – Oktober 2017 pertumbuhan pariwisata Indonesia hanya kalah dari Vietnam sebagai jawara utama pariwisata di lingkup ASEAN. Indeks daya saing pariwisata Indonesia juga terus membaik. Meskipun demikian, ada beberapa indikator pariwisata Indonesia yang masih harus diwaspadai misalnya: keamanan dan keselamatan, kesehatan dan kebersihan, kesiapan infrastruktur penyelenggaraan pariwisata, ketahanan lingkungan sekaligus layanan infrastruktur pariwisata. Sinergi pusat dan daerah Untuk lebih meningkatkan level perbaikan, pemerintah juga memperkenalkan program Menciptakan 10 Bali Baru yang membentang mulai dari Danau Toba, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, Borobudur, Bromo Tengger Semeru, Mandalika, Labuan Bajo, Wakatobi dan Morotai. Ada tiga lokasi yang bakal dikembangkan di tahap satu yakni Danau Toba, Borobudur, Bromo Tengger dan Semeru serta Mandalika. Selanjutnya strategi pengembangan pariwisata dikemas ke dalam skema 3A yaitu: atraksi (9 portofolio strategi pariwisata), akses (infrastruktur utama yang dibangun oleh pemerintah) dan amenitas (diutamakan dilakukan oleh swasta). Jenis atraksi yang dikemas ke dalam 9 portofolio strategi pariwisata meliputi portofolio pelanggan dan portofolio produk. Portofolio pelanggan berusaha menyasar kelompok personal berupa wisatawan individu maupun komunitas, bisnis menyasar biro travel/UKM/asosiasi sedangkan internasional tetap menjadikan wisatawan mancanegara sebagai ujung tombak. Sementara portofolio produk lebih diarahkan kepada upaya diversifikasi produk pariwisata yang akan dijual baik alam (35%), budaya (60%) serta buatan manusia (5%). Produk wisata alam meliputi wisata bahari, ekowisata serta wisata petualangan. Produk wisata budaya meliputi wisata warisan budaya dan sejarah, wisata belanja dan kuliner sekaligus wisata kota dan desa. Yang terakhir produk pariwisata buatan manusia berupa MICE, olah raga dan objek wisata terintegrasi.
Dari aspek pendanaan, pemerintah juga memperkenalkan mekanisme Dana Alokasi Khusus (DAK) Pariwisata sejak 2017. Harapannya tentu memberikan dukungan nyata bagi pengembangan 10 destinasi Bali Baru. Support lainnya diberikan dalam wujud free visa endorsement 2016 dengan Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2016 untuk 169 negara. Selain itu ada juga sertifikasi pengembangan potensi usaha pariwisata yang dimuat di dalam Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2014. Beberapa lokasi pariwisata utama juga dibentuk Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dengan tujuan percepatan pengembangan sektor pariwisata di daerah. Terbaru, awal 2018 Kementerian Pariwisata (Kempar) sudah langsung menyampaikan agenda wisata setahun ke depan di 2018. Selain tahun 2018, pemerintah juga merencanakan menjadikan 2018 sebagai tahunnya wisata. Bakal banyak sekali perhelatan akbar pariwisata, mencapai kisaran 100 buah pertunjukan. Realisasi target kunjungan wisatawan asing yang hanya 14 juta orang, makin menambah semangat penyelenggara event di 2018. Tak main-main, jika sebelumnya event penyelenggaraan wisata dikelola masing-masing daerah, sekarang pemerintah menggunakan jasa kurator untuk memilih 100 event unggulan sepanjang tahun. Penetapan target kunjungan wisatawan manca negara 2018 sebesar 17 juta dan wisatawan domestik sebesar 270 juta orang, diharapkan juga menggulirkan roda ekonomi di daerah. Disinilah diharapkan muncul konektivitas program pemberdayaan daerah dan desa melalui mekanisme transfer ke daerah dan dana desa. Dengan konektivitas ini, daerah dan desa akan menjadi lebih mandiri secara menyeluruh dengan program-program pembangunan yang terstruktur. Jika sudah demikian, masa depan bangsa yang gemilang sekiranya dapat diwujudkan sesuai misi Indonesia Emas 2030. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tri Adi