KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah likuiditas yang ketat, PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (
KIJA) melakukan pertukaran atas obligasi senilai US$ 300 juta yang akan jatuh tempo pada Oktober 2023 mendatang.
Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan, aksi tersebut merupakan tanda KIJA sedang bersusah payah untuk membayar utang mereka. Jika dilihat dari laporan keuangan terakhir, hingga kuartal II 2022 KIJA juga masih mengalami kerugian. "Sebenarnya sudah jelas dari laporan keuangannya sendiri perusahaan ini lagi mengalami banyak masalah operasional," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (12/12).
Selain itu, debt swap ini adalah tanda jelas perusahaan ini membutuhkan utang untuk membiayai operasinya. Kemudian juga untuk menghindari
default atau kegagalan membayar utang ke kreditur. Arjun juga mengatakan bahwa S&P 500 juga telah menyatakan langkah yang dilakukan oleh KIJA untuk menghindari gagal bayar. Juga memberi peringatan kepada investor dan mengatakan bahwa investor mungkin tidak akan dapat
payment in full. "Mereka juga kasih rating isitialh “
distressed debt” sebagai rating untuk obligasi perusahaan ini," kata Arjun.
Baca Juga: Jababeka (KIJA) Menukar Obligasi Jatuh Tempo 2023 Dengan Obligasi Baru dan Cash Oleh sebab itu, Arjun memperkirakan prospek KIJA sampai akhir tahun ini dan tahun depan kurang kondusif dan kurang positif. Terlebih, sektor properti saat ini sedang mendapat banyak sentimen negatif karena kondisi kenaikan suku bunga yang berada di pasar saat ini. "Perusahaan properti seperti KIJA mengalami kesulitan untuk membiayai operasi mereka dan juga untuk membayar
exisiting utang mereka. KIJA juga mengikuti sentimen negatif ini yang terkait dengan sektor properti saat ini," paparnya. Dengan demikian, ia menilai bahwa hal ini menjadi sentimen negatif terhadap saham KIJA yang sudah mengalami penurunan harga cukup besar sejak akhir kuartal tahun ini. Arjun juga mengestimasi hal tersebut dapat mengakibatkan kelanjutan penurunan saham KIJA sampai akhir tahun ini. "Sebaiknya investor menghindari terlebih dahulu saham KIJA, terlebih sahamnya lagi
downtrend terus sejak Maret tahun ini," katanya. Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan, secara teknikal pergerakan KIJA diperkirakan masih cenderung sideways dan pergerakannya masih tertahan oleh MA20. "Dari sisi indikator, baik MACD dan Stochastic masih menunjukkan tanda-tanda konsolidasi," sebutnya.
Baca Juga: Semester I-2022, Kawasan Industri Jababeka Bukukan Marketing Sales Rp 848 Miliar Ia pun merekomendasikan
buy on weakness untuk saham KIJA. Adapun
support di Rp 140 dan
resistance pada level Rp 147. Senin (12/12) harga saham KIJA ditutup stagnan pada level Rp 146. Sebulan terakhir sahamnya sudah turun 2,67% dan sejak awal tahun harganya ambles 12,05%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari