JAKARTA. Keranjang pengembangan dana lewat Kontak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA) dan Dana Investasi Real Estate (DIRE) di industri Dana Pensiun Lembaga Keuangan atawa DPLK masih sepi peminat. Tengok saja, sebanyak 52% dana kelolaan industri masih diparkir di instrumen pasar uang. Berdasarkan data industri DPLK, instrumen investasi terbesar kedua adalah obligasi, yaitu sebanyak 40% - 41% dan sisanya tersebar di saham. “Hanya satu atau dua anggota yang baru menggunakan instrumen KIK EBA dan DIRE sebagai investasi. Itu pun, jumlahnya tidak sampai 1% dari dana kelolaan,” ujar Daneth Fitrianto, Kepala Bidang Investasi Asosiasi DPLK, Senin (20/10). Sepinya peminat investor di industri dana pensiun terhadap instrumen investasi anyar tersebut lantaran belum banyak produk investasi berjenis KIK EBA dan DIRE. Sehingga, investor tidak bisa melihat perbandingan kinerja instrumen ini dalam mengembangkan dana kelolaan. Belum lagi, karena kurangnya sosialisasi.
KIK EBA dan DIRE masih sepi peminat
JAKARTA. Keranjang pengembangan dana lewat Kontak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA) dan Dana Investasi Real Estate (DIRE) di industri Dana Pensiun Lembaga Keuangan atawa DPLK masih sepi peminat. Tengok saja, sebanyak 52% dana kelolaan industri masih diparkir di instrumen pasar uang. Berdasarkan data industri DPLK, instrumen investasi terbesar kedua adalah obligasi, yaitu sebanyak 40% - 41% dan sisanya tersebar di saham. “Hanya satu atau dua anggota yang baru menggunakan instrumen KIK EBA dan DIRE sebagai investasi. Itu pun, jumlahnya tidak sampai 1% dari dana kelolaan,” ujar Daneth Fitrianto, Kepala Bidang Investasi Asosiasi DPLK, Senin (20/10). Sepinya peminat investor di industri dana pensiun terhadap instrumen investasi anyar tersebut lantaran belum banyak produk investasi berjenis KIK EBA dan DIRE. Sehingga, investor tidak bisa melihat perbandingan kinerja instrumen ini dalam mengembangkan dana kelolaan. Belum lagi, karena kurangnya sosialisasi.