Kilau saham ANTM pasca beli Newcrest



JAKARTA. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) resmi memperkuat pengaruh di PT Nusa Halmahera Minerals (NHM). Emiten yang kerap disebut Antam ini sudah mendapat restu Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral serta Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk membeli 7,5% saham NHM dari Newcrest Mining Limited pada 30 November 2012 lalu.

Antam mengumumkan aksi tersebut dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (21/12). Total nilai transaksi atas pembelian saham itu sebesar US$ 160 juta.

Antam akan membayar transaksi itu dalam dua tahap. Yaitu pembayaran tunai US$ 130 juta dan sisanya dibayar setelah dipastikan ada tambahan cadangan emas di sana 1 juta ton yang akan ditentukan Desember 2017. Selepas transaksi itu, kepemilikan Antam pada NHM naik menjadi 25% dari posisi sebelumnya 17,5%. Kepemilikan Newcrest di NHM turun jadi 75% dari 82,5%.


Keputusan menambah kepemilikan saham di NHM tidak terlepas pada keinginan Antam meningkatkan portofolio asetnya. NHM memiliki konsesi tambang emas cukup besar di Gosowong, Halmahera Utara, Maluku Utara.

Antam dan Newcrest berniat mengeksplorasi Gosowong karena potensi menemukan emas di tambang itu tinggi. Hingga saat ini, Antam dan Newcrest sudah menambang sekitar 6 juta ons emas.

Sayangnya, manajemen Antam tidak bersedia memberikan penjelasan lebih lanjut terkait rencana ekspansi Gosowong dan proyeksi kontribusi kinerja. Hingga Jumat (21/12) malam, Direktur Utama Antam, Alwinsyah Lubis maupun Sekretaris Perusahaan Antam, Teddy Badrujaman, tidak merespon panggilan telepon dari KONTAN.

Keputusan ini tampaknya tepat. Menurut Gifar Indra Sakti, analis Sucorinvest Central Gani dalam risetnya mengatakan, saat ini, harga logam cenderung menurun, kecuali emas. Kenaikan harga emas di tahun ini tentu mampu menjaga pertumbuhan pendapatan Aneka Tambang.

Gifar menyebutkan, pada kuartal III tahun ini harga jual emas Antam naik 6% ke US$ 1.696 per troi ons. Padahal volume penjualan Antam turun 16% menjadi 4.939 kilogram (kg).

Akibatnya, penjualan yang berasal dari bisnis emas menurun 3% menjadi Rp 2,5 triliun. Itu juga disebabkan depresiasi USD/IDR sebanyak 8%. Sampai akhir tahun ini, Gifar memproyeksikan, volume penjualan emas Antam hanya akan mencapai 6.800 kg.

Proyeksi tersebut menurun dari estimasi sebelumnya yang sebanyak 7.009 kg. Namun, Gifar masih yakin harga emas masih akan di US$ 1.723 per troi ons.

Gifar pun yakin, permintaan emas masih akan meningkat sebagai lahan investasi mereka. "Kami berharap ini akan membantu perusahaan dengan kondisi bisnis yang menantang," ujar dia.

Analis ini juga masih merekomendasi beli pada saham ANTM dengan target harga Rp 1.610 per saham sampai tahun depan. Jumat (21/12), ANTM naik 1,59% jadi Rp 1.280 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana