Kilang Bontang jadi incaran investor asing



JAKARTA. Proyek pembangunan kilang minyak Bontang diminati banyak investor.

Setidaknya, ada empat investor besar yang sudah menyatakan minat mengerjakan proyek yang diperkirakan akan menelan investasi sebesar Rp 60 triliun tersebut.

Heflin, Staf Ahli Gubernur Kalimantan Timur Bidang Ekonomi, Percepatan Infrastruktur dan Pendayagunaan Sumber Daya Alam mengatakan, salah satu pengusaha yang ngebet dengan proyek tersebut berasal dari Arab Saudi bernama Syekh Said Al Husaini.


Pengusaha Arab tersebut telah beberapa kali bertemu dengan Pemerintah Daerah Kalimantan Timur untuk menjajaki peluang masuk ke dalam pembangunan kilang minyak tersebut.

Tak hanya itu, pengusaha tersebut juga berminat berinvestasi dalam pembangunan beberapa infrastruktur di Kalimantan Timur, seperti; pembangunan Kawasan Industri Maloe.

“Selain dari Arab, ada juga investor Jepang, Inggris  dan Korea yang tertarik dengan pembangunan Kilang Minyak Bontang tersebut,” kata Heflin di Jakarta pekan kemarin.

Heflin, mengatakan Syekh Said Said Al Husaini sebenarnya siap menggelontorkan dana miliaran dolar untuk berinvestasi dalam pengembangan infrastruktur di Indonesia.

Namun, karena pemerintah belum memberikan hitungan pasti mengenai kebutuhan investasi untuk pembangunan Kilang Minyak Bontang dan pengembangan kawasan industri Maloe, Syekh Said belum memberikan angka detail mengenai rencana investasi mereka.   “Mereka bilang miliaran dan mereka sedang siapkan tim untuk membicarakan detail proyek yang mereka incar,” kata Heflin.   Sebagai catatan saja, pemerintah berencana membangun kilang minyak berkapasitas 300 ribu barel per hari. Proyek ini dalam Rapat Kabinet Terbatas yang digelar Mei lalu, sudah ditetapkan menjadi satu dari 10 proyek prioritas pemerintahan Jokowi-JK yang diharapkan bisa mulai groundbreaking tahun ini dan selesai tahun 2019 nanti.   Montty Girianna, Deputi Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian kepada Kontan beberapa waktu lalu mengatakan, walau menjadi prioritas, proyek tersebut kemungkinan besar baru bisa ditenderkan pada kuartal I tahun 2016 nanti.

Sementara itu, untuk pembangunan, kemungkinan besar baru bisa dilaksanakan pada akhir tahun 2016 nanti.   “Sekarang kami sedang menyewa konsultan untuk menghitung nilai proyek, bentuk kerjasama yang bisa dilaksanakan,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto