Kilas Balik Jensen Huang-Nvidia 2025: Dominasi Pasar AI & Dinamika Geopolitik Chip



KONTAN.CO.ID -  Sepanjang tahun 2025, Nvidia (NVDA) mengukuhkan posisinya sebagai tulang punggung revolusi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) global.

Perusahaan yang dipimpin oleh Jensen Huang ini tidak hanya mencatatkan kinerja keuangan yang fantastis, tetapi juga menjadi pusat perhatian dalam dinamika perdagangan internasional antara Amerika Serikat (AS) dan China.

Nvidia berhasil membukukan pendapatan sebesar US$ 187,1 miliar pada tahun 2025. Pertumbuhan masif ini sempat membawa kapitalisasi pasar perusahaan menembus angka psikologis US$ 5 triliun, menjadikannya salah satu entitas bisnis paling bernilai di dunia sebelum akhirnya stabil di kisaran US$ 4 triliun.


Baca Juga: Najib Razak Tetap Dipenjara, Pengadilan Tolak Permohonan Tahanan Rumah

Guncangan DeepSeek dan Inovasi Blackwell Ultra

Perjalanan Nvidia di tahun 2025 dimulai dengan tantangan signifikan pada akhir Januari. Mengutip laporan Yahoo Finance, peluncuran model R-1 oleh DeepSeek sempat memicu kepanikan pasar.

DeepSeek mengklaim mampu melatih model AI dengan prosesor yang lebih sederhana, yang memicu kekhawatiran bahwa chip canggih Nvidia tidak lagi krusial. Akibatnya, valuasi Nvidia sempat anjlok hingga US$ 600 miliar dalam sehari.

Namun, kekhawatiran tersebut mereda seiring pemahaman pasar bahwa menjalankan model AI secara optimal tetap membutuhkan infrastruktur komputasi berperforma tinggi.

Pada pertengahan Maret, Nvidia menjawab keraguan tersebut dalam ajang GTC di San Jose dengan memperkenalkan chip Blackwell Ultra dan superchip GB300.

Inovasi ini dirancang khusus untuk era "AI reasoning", yang diklaim mampu menjalankan model seperti DeepSeek R-1 dengan jauh lebih efisien.

Kebijakan Perdagangan dan Diplomasi "Fried Chicken"

Sektor teknologi global, termasuk Nvidia, sempat tertekan oleh kebijakan tarif yang diterapkan pemerintahan Donald Trump pada awal April.

Harga saham NVDA sempat merosot dari US$ 110 menjadi US$ 94,31 dalam hitungan hari. Tekanan berlanjut ketika pemerintah AS sempat melarang penjualan chip H20 ke China atas dasar keamanan nasional, yang memaksa Nvidia melakukan penghapusan nilai (write-down) aset sebesar US$ 8,5 miliar pada semester pertama 2025.

Dikutip dari sumber yang sama, dinamika ini mulai mencair pada Juli 2025 ketika pemerintah AS kembali mengizinkan penjualan chip H20 ke China.

Jensen Huang dilaporkan berhasil meyakinkan Washington bahwa AS justru akan dirugikan jika memutus akses teknologi ke pasar China sepenuhnya.

Baca Juga: Ekspansi Bisnis Fashion & Kecantikan, Kekayaan Victoria Beckham Capai US$450 Juta

Sebagai kompensasi, pemerintah AS menetapkan potongan sebesar 15% dari setiap hasil penjualan chip ke China sebagai bagian dari kesepakatan lisensi.

Sisi personal Jensen Huang juga menjadi sorotan publik. Pada akhir Oktober, foto Huang saat menyantap ayam goreng bersama pemimpin Samsung dan Hyundai di Korea Selatan menjadi viral.

Momen ini mencerminkan betapa strategisnya posisi Nvidia dalam rantai pasok teknologi global, di mana produsen memori dan otomotif sangat bergantung pada pasokan semikonduktor AI.

Investasi Strategis dan Ekspansi Global

Nvidia juga mengambil langkah agresif dengan memperkuat ekosistem AI melalui investasi besar. Berikut adalah beberapa poin penting ekspansi dan pencapaian strategis Nvidia di paruh kedua 2025:

  • Investasi OpenAI: Pada September, Nvidia mengumumkan komitmen investasi sebesar US$ 100 miliar kepada OpenAI untuk membangun kapasitas pusat data hingga 10 gigawatt.
  • Produksi Domestik AS: Sejalan dengan kebijakan reshoring, TSMC berhasil menyelesaikan produksi chip Blackwell pertama yang dibuat di fasilitas Amerika Serikat pada Oktober 2025.
  • Penetrasi Timur Tengah: Pada November, Nvidia mendapatkan otorisasi untuk mengirimkan sekitar 60.000 chip Blackwell ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab guna mendukung inisiatif "Sovereign AI".
  • Persetujuan Chip H200: Menjelang akhir tahun, tepatnya pada 9 Desember, Trump memberikan lampu hijau bagi penjualan chip H200 ke China. Meski chip ini tertinggal dua generasi dari Blackwell Ultra, langkah ini dipandang positif bagi pendapatan perusahaan di masa depan.
Tonton: Harga Emas Antam Kembali Cetak Rekor Hari Ini (23 Desember 2025)

Tantangan Persaingan dan Risiko Geopolitik

Meskipun mendominasi, Nvidia mulai menghadapi tekanan dari para pelanggannya sendiri, seperti Microsoft, Amazon, dan Google yang mulai mengembangkan chip AI internal.

Menanggapi laporan bahwa Google menyuplai unit pemrosesan tensor (TPU) untuk Meta, Nvidia secara terbuka menegaskan bahwa unit pemroses grafis (GPU) mereka tetap satu generasi lebih maju dan menjadi satu-satunya chip yang mampu menjalankan seluruh model AI secara universal.

Para analis memperingatkan adanya risiko "investasi sirkular", di mana Nvidia berinvestasi pada pelanggannya (seperti OpenAI dan CoreWeave) yang kemudian dana tersebut digunakan kembali untuk membeli chip Nvidia. Praktik ini memicu diskusi mengenai potensi gelembung (bubble) AI di pasar saham.

Dilansir dari Yahoo Finance, status Nvidia saat ini telah menjadi "alat negosiasi" utama dalam hubungan dagang antara AS dan China.

Kendati menutup tahun dengan sentimen positif, ketergantungan pada kebijakan politik tetap menjadi faktor risiko utama yang perlu dicermati oleh para investor di tahun 2026.

Selanjutnya: Kurs Transaksi BI Hari Selasa, 23 Desember 2025: Cek Nilai Tukar Rupiah

Menarik Dibaca: Naik Gila-gilaan, Simak Harga Emas Antam Hari Ini Selasa 23 Desember 2025

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News