JAKARTA. Kilau harga emas meredup. Logam mulia kehilangan pamor lantaran pelaku pasar lebih memburu dollar Amerika Serikat (AS). Mengutip
Bloomberg, Jumat (6/3), harga emas kontrak pengiriman April 2015 di Commodity Exchange ditutup turun 2,67% menjadi US 1.164,30 per troi ons. Dalam sepekan, harga emas pun sudah tunbang sebesar 4,02%. Bahkan, harganya sudah lebih rendah 1,74% dari posisi penutupan akhir tahun lalu. Harga emas tumbang seiring penguatan nilai tukar dollar AS. Pelaku pasar lebih memilih memegang mata uang Negeri Paman Sam itu karena prospek kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS (The Fed) semakin besar. Ini menyusul rilis data ekonomi Amerika yang kian solid. Namun, harga emas di dalam negeri masih naik tipis. Emas batangan ukuran 1 gram di Divisi Logam Mulia PT Antam Tbk dipatok seharga Rp 548.000 per gram.
Artinya, dalam sepekan, ada kenaikan sebesar Rp 2.000 per gram. Harga emas lantakan masih bertahan, sebab di sisi lain, nilai tukar rupiah terpuruk mendekati level Rp 13.000 per dollar AS. Asal tahu saja, Jumat (6/3), AS merilis data
non-farm employment change bulan Februari 2015 sebesar 295.000 orang. Angka ini melebihi perkiraan yaitu 240.000 orang, dan meningkat dibandingkan bulan sebelumnya 239.000 orang. Artinya, terjadi pertumbuhan jumlah pekerja pada industri Amerika Serikat, di luar sektor pertanian. Perbaikan di sektor tenaga kerja diperkuat dengan torehan tingkat pengangguran (
unemployment rate) bulan Februari 2015 yang mengecil ke level 5,5%, dari bulan sebelumnya 5,7%. Analis PT Soe Gee Futures, Nizar Hilmi menilai, data tenaga kerja Amerika Serikat yang sangat bagus memperkuat ekspektasi The Fed bakal mengerek tingkat suku bunga pada tahun ini. “Inilah yang mendongkrak dollar AS, sehingga menggerus harga emas," paparnya. Meski demikian, Nizar menyebut, harga emas sempat mencoba bangkit di awal perdagangan Jumat lalu. Menurutnya, emas sempat naik tipis karena tertopang pengucuran stimulus Bank Sentral Eropa (ECB). Tapi, kenaikan hanya sesaat, sebab pelaku pasar kemudian fokus pada data tenaga kerja di AS. Analis PT Millenium Penata Futures, Suluh Adil Wicaksono bilang, harga emas sempat naik tipis sebab sebagian kecil pelaku pasar melakukan aksi beli ketika harga sudah murah (bargain hunting). Apalagi, saat itu, mereka masih menunggu rilis data tenaga kerja AS. “Tetapi reli tidak berlanjut, sebab data yang dirilis sangat bagus. Pamor dollar AS mengungguli emas," katanya. Support US$ 1.130 Suluh menduga, sentimen data tenaga kerja AS masih akan menekan harga emas pada awal pekan ini, “Harga emas yang sudah menembus ke bawah level US$ 1.200 bisa memicu penurunan lebih dalam," prediksinya. Nizar memperkirakan harga emas masih dalam
down trend pada awal pekan ini. "Selama dollar AS masih kuat, emas akan sulit bangkit," prediksinya.
Prediksi tersebut diperkuat indikator teknikal. Menurut Nizar, harga emas masih di bawah moving average (MA) 25. Ini menunjukkan pergerakan turun masih terbuka. Lalu, indikator stochastic memperkuat koreksi harga lantaran turun dari posisi 22 ke level 18. Relative strength index (RSI) juga turun dari level 37 ke level 36. Bahkan, garis moving average convergence divergence (MACD) berada di area negatif yaitu minus 11. “Indikator tersebut menegaskan kondisi bearish,” katanya. Nizar memprediksi, sepekan, harga emas spot bakal bergerak di kisaran US$ 1.160 hingga US$ 1.210 per troi ons. Suluh menebak, hingga akhir pekan ini, harga emas bergulir antara US$ 1.130 hingga US$ 1.258 per troi ons. Adapun, hari ini (9/3), si kuning ini berpeluang besar terkoreksi dengan kisaran support US$ 1.190 - US$ 1.130 per troi ons, sementara resistance di level US$ 1.205 - US$ 1.258 per troi ons. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Uji Agung Santosa