Kilauan laba dari cetak bodi mobil



Meski kontes modifikasi mobil mulai jarang digelar, bisnis seputar bodywork atau modifikasi badan mobil tetap menyimpan potensi pendapatan yang menggiurkan. Tak salah jika pemain baru maupun lama sama-sama menumpahkan kreasinya demi meraup untung.Pada awal dekade 2000-an, bisnis bodywork atau pengerjaan bodi mobil sempat naik daun. Ini berkat banyaknya event atau kontes modifikasi mobil. Para modifikator banyak meraup untung setelah menggarap permintaan modifikasi. Maklum, para pemilik mobil rela merogoh kantong hingga ratusan juta rupiah agar bisa memiliki kendaraan yang elok dan terlihat berkelas.Seiring perjalanan waktu, kontes modifikasi mobil mulai jarang digelar. Meski kontes meredup, bisnis modifikasi bodi mobil tidak pernah kesepian permintaan. Bedanya, kini bengkel modifikasi lebih fokus menggarap modifikasi mobil untuk keperluan sehari-hari. Contohnya adalah modifikasi badan mobil dengan pemasangan komponen body kit. Body kit merupakan komponen tambahan modifikasi yang dilekatkan atau dipasang pada bagian bumper depan, bemper belakang, serta badan mobil bagian samping. Proses pengerjaannya berbeda dengan modifikasi untuk kontes. Pada ajang ini, modifikasi tak sekadar menambah komponen body kit, namun juga mengubah bentuk badan mobil sesuai dengan konsep dan desain yang diinginkan. Otomatis, harga modifikasi mobil untuk kontes jadi lebih mahal. Menurut Siswo Juwarno, pemilik bengkel modifikasi Auto Art, modifikasi mobil secara menyeluruh atau ekstrem tak hanya untuk keperluan kontes. Sebab, modifikasi badan mobil adalah karya seni hasil kreativitas modifikator yang dapat dinikmati oleh siapa pun. Tak terkecuali pemilik mobil, yang tidak bertujuan kontes. Ia menambahkan, anggaran modifikasi badan mobil secara ekstrem memang cukup besar. Biaya modifikasi yang harus mengucur dari kantong pemilik mobil mulai dari Rp 300 juta per unit. "Saya hanya mengakomodasi orang-orang yang berniat dan menghargai kreativitas," tukas Siswo. Dengan biaya sebesar itu, dia tidak pernah bermain-main dalam menggarap modifikasi mobil. Auto Art dapat melakukan modifikasi ekstrem untuk mobil jenis apapun. Sehingga, terlihat seperti mobil mewah berkelas dunia, layaknya Lamborghini, Ferrari, atau Porsche. Sedangkan untuk modifikasi ringan, Auto Art yang terletak di kawasan Jatibening, Bekasi ini, mengenakan tarif antara Rp 6 juta sampai Rp 60 juta per unit. Biaya itu untuk pemasangan body kit berbahan fiber dan besi.Siswo enggan memaparkan besarnya omzet bulanan yang diraih. Yang jelas, dia mengaku, dapat mengerjakan modifikasi sebanyak 45 unit mobil dalam satu tahun atau rata-rata tiga unit mobil sebulan. "Komposisi jumlah modifikasi ringan dan ekstrem cukup seimbang, sekitar 50:50," ujarnya.

Margin sampai 30%Seperti halnya Siswo, Aldy Antonius di bengkel SAS Bodywork mengatakan bahwa permintaan pemasangan body kit tidak pernah sepi. Misalnya, modifikasi ringan terutama digunakan untuk keperluan berkendara sehari-hari, sehingga mobil tampak lebih elegan dan menarik. Bengkel yang terletak di Warung Buncit, Jakarta Selatan ini telah meraih berbagai piala. Terakhir kali, hasil modifikasi garapan SAS Bodywork meraih penghargaan kategori Tomb Rider atau mobil modifikasi yang dimiliki perempuan pada ajang Autoblackthrough 2009. "Kami mengerjakan mobil Honda Jazz keluaran tahun 2007," katanya. Tiap bulan, Aldy dapat meraup omzet rata-rata antara Rp 40 juta sampai Rp 50 juta dari pembuatan body kit. Dari omzet itu, dia bisa mengantongi keuntungan bersih sebesar 30%.Menurut Aldy, modifikasinya disukai pelanggan karena memiliki ciri khas desain yang elegan. Apalagi body kit yang dikerjakan untuk keperluan harian lebih simpel dan nyaman tanpa mengganggu fungsi berkendara.Di sisi lain, dia melihat, sepinya pelaksanaan kontes modifikasi mobil lebih disebabkan faktor kemampuan finansial pemilik mobil yang menurun. "Pelanggan akan berpikir sebelum mengeluarkan uang, jika pemasangan body kit terlalu tinggi. Beda dengan awal tahun 2000-an," katanya.SAS menawarkan dua jenis body kit.

Pertama, body kit custom dengan bahan pelat galvanis setebal 8 milimeter (mm). Tarif minimalnya Rp 10 juta, dengan lama pengerjaan sekitar tiga pekan. Menurutnya, harga setinggi itu cukup sepadan untuk dua pelat galvanis 8 mm sepanjang 1,6 meter dan lebar 80 cm, yang digunakan untuk sekali pembuatan body kit custom standar. Pasalnya, harga bahan baku selalu naik tiap tahun. "Kenaikan bahan baku kami bebankan ke tarif pengerjaan, karena kami tak mau menurunkan kualitas bahan," imbuh Aldy.Kedua, body kit berbahan fiber. Tarif pengerjaan untuk body kit ini minimal Rp 7 juta. Jenis ini lebih murah, karena proses pengerjaannya tak terlalu rumit. Waktu pengerjaan juga lebih cepat, hanya sekitar dua pekan. "Lebih cepat dan mudah, karena sudah ada cetakannya. Jadi tinggal setting dua hari dan mobil tak perlu ditinggal," papar Aldy. Di sisi lain, hampir 80% pelanggan SAS berasal dari Jakarta Selatan. Karenanya, Aldy sedang mencari lokasi bengkel baru. Selain untuk mendekatkan lokasi ke pelanggan lainnya, juga untuk mencari tempat lebih luas bagi pengembangan usahanya. Maklum, tak jarang pelangganya datang dari luar kota, seperti Bandung.


Plastik atau fiberMeski tak semahal modifikasi ekstrem untuk kontes, setidaknya modifikasi sederhana dengan body kit cukup menguntungkan. Ricki Sen, pemilik Victory Auto, mengatakan bahwa kini modifikasi jenis ini cukup ramai.Sejak setahun lalu dia menjual body kit berbahan dasar plastik untuk mobil keluaran Jepang. Banyaknya jenis mobil keluaran negara Sakura ini menjadi target pangsa pasar yang empuk baginya. Victory Auto, yang berlokasi di Kelapa Gading, Jakarta Utara, ini mampu meraup omzet rata-rata Rp 25 juta per bulan. Omzet ini berasal dari penjualan body kit sebanyak 10 set per bulan. Jumlahnya akan bertambah pada musim setelah Lebaran atau mendekati pergantian tahun. Saat itu dia bisa menjual sekitar 50 set body kit saban bulannya. Selain pasar yang besar, dagangan Ricky lebih laris karena harganya lebih murah. Satu set body kit plastik dijual seharga Rp 2,5 juta hingga Rp 8 juta tergantung ketebalan plastik.Ricky mengatakan, dia lebih suka menggunakan body kit berbahan plastik karena bahan fiber terlalu fleksibel. Akibatnya, bentuknya mudah berubah jika terkena panas sinar matahari. "Daripada diprotes pelanggan, lebih baik menjual yang plastik. Bahannya lebih kuat selama tidak terjadi benturan," kata dia. Body kit berbahan plastik bisa tahan hingga tiga tahun. Namun, bagi Soni, pemilik Cipta Karya Fiberglass, produsen sekaligus penjual body kit mobil, bahan fiber lebih disukai. Alasannya fiber lebih fleksibel sehingga mudah dibentuk sesuai dengan keinginan pelanggan. Body kit fiber juga sudah familiar di masyarakat. Apalagi, kisaran harganya tak setinggi body kit berbahan plastik. Soni menjual produknya sekitar Rp 200.000 sampai Rp 5 juta. "Harga tergantung kesulitan desain," imbuhnya. Namun, bengkel body kit Soni yang terletak di daerah Pamulang, Tangerang, itu belum meraup omzet yang besar. Soni mengaku, omzet dari penjualan body kit rata-rata Rp 10 juta sebulan. Selain belum terlalu lama bergelut di bisnis modifikasi, jenis mobil yang dia kerjakan juga mempengaruhi omzet. Sejak berdiri, Cipta Karya memang fokus memodifikasi mobil dengan body kit untuk mobil produksi Korea Selatan. Padahal, jenis mobil ini belum terlalu banyak beredar di jalan-jalan di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Adi