Kim Eng bisa lebih untung tahun depan



JAKARTA. Manajemen Kim Eng Securities menganalisa, kondisi bisnis perusahaan sekuritas tahun depan bisa lebih baik dibandingkan tahun 2012. Meskipun krisis global masih mempengaruhi pasar modal Indonesia,  aksi korporasi di bursa saham bakal meningkat. Aksi tersebut merupakan realisasi yang tertunda pada tahun ini.

Perkiraan meningkatnya bisnis terlihat dari rencana perusahaan yang akan menangani banyak proyek penjaminan emisi. Semester I 2013, Kim Eng akan menjadi penjamin emisi dari dua penerbitan obligasi senilai Rp 1,5 triliun. Lalu, ada proyek penjamin emisi atas penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) Rp 1 triliun.

Obligasi itu dari perusahaan multifinance dan industri kimia. "Sedangkan IPO oleh perusahaan infrastruktur dan pengapalan batubara," ujar Wijaya Subekti, Chief Operating Officer (COO) Kim Eng, awal pekan ini.


Ia menambahkan, faktor lain yang mendorong ramainya penerbitan obligasi karena suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI rate,  yang kemungkinan besar masih terjaga rendah, sama seperti tahun ini. Selain itu, biaya bunga murah, likuiditas tinggi, menyebabkan return lebih cemerlang. Jangan lupakan pula dengan perekonomian lokal yang semakin stabil sehingga memacu perusahaan berekspansi.

Nah, melihat situasi yang seperti itu, manajemen menargetkan akan melakukan empat atau lima dengan total nilai Rp 7 triliun sepanjang 2013. Bandingkan dengan nilai penjaminan yang ditangani Kim Eng pada tahun ini, hanya untuk tiga obligasi senilai Rp 3,6 triliun.

Dan tahun ini juga tidak ada penjaminan IPO. "Tadinya ada, tapi takut dengan kondisi pasar, klien akhirnya menunda hingga tahun depan," jelas Wijaya.

Sepinya underwriting Kim Eng tahun ini memang menjadikan pendapatan komisi penjaminan efek menurun. Pada penutupan triwulan III 2012 lalu, manajemen memperoleh pendapatan penjaminan emisi sebesar Rp 2,1 miliar, menurun hingga  26% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Hal ini turut menurunkan laba bersih perusahan dari Rp 12,85 miliar menjadi Rp 12,06 miliar. Padahal, manajemen sudah berhasil menekan biaya perusahaan, turun dari Rp 94,22 miliar menjadi  Rp 81,64 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri