Kim Jong Un Marahi Para Pejabatnya Karena Gagal Mencegah Banjir



KONTAN.CO.ID - PYONGYANG. Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, memarahi para pejabat daerahnya karena dianggap gagal dan tidak bertanggung jawab menangani banjir tahunan.

Kantor berita nasional Korea Utara, KCNA, melaporkan bahwa Kim datang langsung ke ladang pertanian yang terendam banjir pada hari Senin (21/8). Banjir menghancurkan tanggul dengan sistem drainase yang tidak memadai.

"Kim memeriksa lahan pasang surut di pantai barat pada hari Senin setelah air laut baru-baru ini menghancurkan tanggul dengan sistem drainase yang tidak memadai, membanjiri lebih dari 560 hektar lahan, termasuk lebih dari 270 hektar sawah," kata KCNA, dikutip Reuters.


Pada kesempatan itu, Kim memarahi para pejabat karena kelalaian mereka yang sangat tidak bertanggung jawab. Kim mengatakan mereka telah merusak perekonomian nasional.

Baca Juga: Wilayahnya Hancur Diterjang Badai, Kim Jong Un Marahi Para Pejabatnya

Kim bahkan secara khusus menegur Perdana Menteri Kabinet, Kim Tok Hun, yang dianggap tidak berbuat apa-apa selama kunjungan ke daerah bencana, menyebutnya bersikap hanya seperti penonton.

"Dalam beberapa tahun terakhir, disiplin administrasi dan ekonomi Kabinet Kim Tok Hun semakin rusak dan, akibatnya, para pemalas merusak seluruh pekerjaan perekonomian negara dengan cara kerja yang tidak bertanggung jawab," kata Kim, dikutip KCNA.

Menurut Kim, sikap tidak bertanggung jawab dan kurangnya disiplin di lingkungan pejabat disebabkan oleh sikap kerja yang lemah dan sudut pandang yang salah dari perdana menteri kabinet.

Baca Juga: Kim Jong Un Pantau Langsung Uji Coba Rudal Jelajah dari Atas Kapal Militer

Kunjungan awal pekan ini adalah yang terbaru dari serangkaian inspeksi yang dilakukan Kim terhadap lahan pertanian yang dilanda banjir. Kim semakin perhatian terhadap sektor pertanian negara di tengah meningkatnya kekhawatiran atas krisis pangan.

Kemarahan Kim ini diprediksi akan berujung pada perombakan kabinet. Peristiwa ini juga menunjukkan bahwa rencana ekonomi Pyongyang tidak berjalan sesuai rencana.

Korea Utara memang mengalami kesulitan pangan dalam beberapa dekade terakhir. Situasi menjadi semakin buruk sejak pandemi Covid-19, di mana Korea Utara menutup perbatasannya dan menghambat masuknya bantuan dari negara mitra mereka seperti China.