Kimia Farma akan tambah 17 laboratorium klinik



JAKARTA. Bisnis laboratorium klinik kian menggeliat. Hal tersebut seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat akan kesehatan. PT Kimia Farma Tbk melihat ceruk bisnis ini untuk menopang pendapatannya.

Perusahaan badan usaha milik negara berkode KAEF di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini siap melakukan ekspansi, menambah 17 cabang laboratorium klinik di seluruh Indonesia tahun depan. Direktur Utama KAEF Rusdi Rosman mengatakan, rata-rata klinik membutuhkan investasi minimal Rp 250 juta. Modal tersebut untuk belanja alat.

Maka, untuk membuka 17 klinik tersebut Kimia Farma harus merogoh kocek sekitar Rp 4,25 miliar. "Tapi, dana tersebut di luar sewa ruko. Untuk laboratorium klinik kami akan menyewa ruko dan tidak membangun sendiri," ujar Rusdi kepada KONTAN, pekan lalu.


Saat ini, Kimia Farma telah memiliki  42 laboratorium klinik. Rusdi mengatakan, bisnis laboratorium klinik memang tumbuh pesat. Hingga kuartal III-2016, KAEF telah menggenggam pendapatan bisnis ini sekitar Rp 103 miliar. "Hingga akhir tahun, kami menargetkan pendapatan laboratorium klinik bisa sekitar Rp 150 miliar," tutur Rusdi.

Dia optimistis bisnis laboratorium klinik akan berkilau. Bisnis ini menyasar pasar yang lebih luas dibandingkan laboratorium rumah sakit.

KAEF menargetkan, bisa mengantongi pendapatan di bisnis laboratorium klinik sekitar Rp 200 miliar pada tahun depan. "Laboratorium klinik bisa digunakan masyarakat umum, sedangkan pasar laboratorium rumah sakit lebih terbatas karena hanya pasien rumah sakit," tutur dia.

KAEF juga bertekad melakukan spin off atau pemisahan usaha bisnis laboratorium klinik bila telah mencatat pendapatan Rp 1 triliun. Salah satu opsi spin off  melalui penawaran saham perdana atau initial public offering.

Perusahaan ini menargetkan total penjualan tahun depan bisa sekitar Rp 7 triliun. Nilai tersebut naik dibandingkan perkiraan realisasi penjualan tahun ini,yang sekitar Rp 6,2 triliun. "Sehingga rata-rata penjualan tumbuh antara 14% sampai 16%. Target tersebut merupakan target konservatif," ujar Rusdi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini