Kimia Farma bangun klinik terpadu



JAKARTA. Perusahaan farmasi sedang menanti penerapan Undang-Undang (UU) No 24/2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) pada tahun 2014. Sebab, aturan ini akan menjamin kesehatan masyarakat melalui pemberian asuransi kesehatan. Praktis, beleid ini membuka pasar obat murah lebih luas lagi.

Menyambut aturan itu, PT Kimia Farma Tbk akan menginvestasikan Rp 150 miliar untuk mengembangkan 400 apotek yang kini dimiliki menjadi klinik terpadu. Bahkan, dalam jangka panjang, Kimia Farma berniat mengembangkan 1.000 klinik terpadu.

Sebelumnya, Kimia Farma sudah menggelontorkan investasi Rp 400 miliar untuk mengembangkan klinik terpadu. Berarti, hingga tahun ini, total investasi Kimia Farma untuk mengembangkan klinik terpadu akan mencapai Rp 550 miliar.


Menurut Syamsul Arifin, Presiden Direktur Kimia Farma, klinik terpadu ini akan menjadi rumah sakit kedua. "Untuk awal 2011 ini, kami sudah menyuntikkan Rp 150 miliar untuk anak usaha kami, Kimia Farma Apotek," ujarnya, Minggu (8/1).

Syamsul memandang, nilai investasi ini wajar. Sebab, selama ini sumber pendapatan utama Kimia Farma berasal dari apotek. Dengan adanya klinik terpadu, Kimia Farma berharap bisa melayani pasien dalam satu atap.

Dana dari rights issue

Imam Fathorrahman, Direktur PT Kimia Farma Apotek menambahkan, pemberlakukan BPJS menuntut perusahaan farmasi untuk meningkatkan pelayanan sesuai dengan standar medis. "Peningkatan pelayanan menjadi penting karena pelanggan adalah raja," kata Imam.

Berbeda dengan klinik dan apotek biasa, klinik terpadu ini akan beroperasi 24 jam, lengkap dengan dokter jaga. Klinik terpadu ini juga akan melayani pasien yang menggunakan layanan asuransi kesehatan. Klinik ini juga akan memberikan kartu anggota bagi setiap pasien yang mengenakan asuransi kesehatan. Selanjutnya, kartu itu akan berfungsi juga sebagai medical record.

Menurut Syamsul, modal pengembangan klinik terpadu akan diambil dari penawaran umum terbatas alias rights issue yang akan dihelat tahun ini. Seperti diketahui, perusahaan farmasi plat merah itu berniat menerbitkan saham terbatas untuk meraup dana Rp 1,6 triliun. "Kalau tidak ada dana dari rights issue, kami masih punya banyak opsi. Dengan aset besar yang kami miliki, kami tidak kebingungan untuk mengembangkan klinik terpadu, toh bisa meminjam bank," ujarnya.

Lewat ekspansi ini, Kimia Farma menargetkan pendapatan 2012 akan mencapai Rp 4 triliun, atau naik 21,2% dari prediksi pendapatan tahun lalu yang sebesar Rp 3,3 triliun. Dari jumlah ini, Kimia Farma Apotek menyumbang Rp 2 triliun, terbesar dibanding kontribusi anak usaha yang lain. Laba bersih diperkirakan mencapai Rp 220 miliar, naik 33,3% dari tahun lalu yang sebesar Rp 165 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can