JAKARTA. Perusahaan farmasi mengharapkan pemerintah mempertimbangkan pemangkasan harga bahan bakar minyak (BBM) karena harga minyak mentah dunia turun sebesar 36,55% menjadi US$ 38,05 per barel pada 9 Desember 2015 dari US$ 59,97 per barel (year to date). Rusdi Rosman, PT Kimia Farma Tbk (KAEF), menilai harga jual BBM sudah seharusnya turun mengikuti penurunan hanya minyak mentah dunia. Pasalnya, BBM menjadi faktor kenaikan beban pokok penjualan alias cost of goods sold (COGS) farmasi karena perusahaan membutuhkan solar untuk produksi obat di pabrik. “Harga jual BBM harus turun sesuai dengan persentase penurunan harga minyak mentah dunia,” kata Rusdi, kepada KONTAN, Rabu (9/12). Saat ini, penggunaan BBM berkontribusi di bawah 5% terhadap COGS, sedangkan gaji karyawaran berkontribusi paling besar atau sekitar 7,5%-11% terhadap COGS.
Kimia Farma harapkan penurunan harga BBM
JAKARTA. Perusahaan farmasi mengharapkan pemerintah mempertimbangkan pemangkasan harga bahan bakar minyak (BBM) karena harga minyak mentah dunia turun sebesar 36,55% menjadi US$ 38,05 per barel pada 9 Desember 2015 dari US$ 59,97 per barel (year to date). Rusdi Rosman, PT Kimia Farma Tbk (KAEF), menilai harga jual BBM sudah seharusnya turun mengikuti penurunan hanya minyak mentah dunia. Pasalnya, BBM menjadi faktor kenaikan beban pokok penjualan alias cost of goods sold (COGS) farmasi karena perusahaan membutuhkan solar untuk produksi obat di pabrik. “Harga jual BBM harus turun sesuai dengan persentase penurunan harga minyak mentah dunia,” kata Rusdi, kepada KONTAN, Rabu (9/12). Saat ini, penggunaan BBM berkontribusi di bawah 5% terhadap COGS, sedangkan gaji karyawaran berkontribusi paling besar atau sekitar 7,5%-11% terhadap COGS.