Kimia Farma & Indofarma Merger Tahun Ini (Update)



JAKARTA. Seperti mengikuti jejak industri farmasi dunia, dua perusahaan farmasi milik pemerintah, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dan PT Indofarma Tbk (INAF) bakal segera merger. Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menargetkan merger dua BUMN farmasi itu sudah bisa kelar akhir tahun ini.

Dengan begitu, perusahaan baru hasil merger sudah resmi beroperasi awal 2010. Kementerian BUMN sudah menunjuk PT Mandiri Sekuritas sebagai penasehat proses merger KAEF dan INAF tersebut.

Direktur Mandiri Sekuritas Iman Rahman mengatakan, proses legal merger kedua perusahaan itu akan selesai dalam waktu enam hingga sembilan bulan. Setelah merger kelar, dua perusahaan farmasi itu bakal keluar atau delisting dari Bursa Efek indonesia (BEI).


Namun, setelah itu perusahaan baru hasil merger bakal mencatatkan kembali sahamnya di lantai bursa. "Kami sudah menyiapkan kajian merger ini sejak 2007 lalu," ujar Iman, kemarin (17/3).

Deputi Kementerian BUMN Bidang Usaha Jasa Lainnya Muhayat menambahkan, selain alasan efisiensi, merger kedua perusahaan tersebut dilakukan supaya keduanya tak saling berebut pasar. "Merger ini juga untuk meningkatkan daya saing dengan perusahaan farmasi lain," ujarnya.

Incar 15% pangsa pasar

Kata Muhayat, setelah proses merger selesai, bisa saja nanti kedua perusahaan farmasi itu membagi tugas. Ambil contoh, INAF bertugas menyediakan obat generik. Sedangkan KAEF meracik dan melakukan distribusi penjualan.

Asisten Deputi Kementerian BUMN Bidang Usaha Jasa Lainnya Bambang Solihin menambahkan, merger ini akan meningkatkan efisiensi di kedua perusahaan tersebut. Sebab, selama ini ketergantungan industri farmasi Indonesia pada bahan baku impor masih sangat tinggi.

Direktur Utama KAEF Syamsul Arifin bilang, dalam proses merger ini KAEF dan INAF akan mengikuti aturan yang berlaku. Ia juga yakin, perusahaan baru hasil merger tersebut, kelak bakal bisa bersaing dengan perusahaan farmasi lain. "Kami yakin perusahaan hasil merger ini akan mampu menguasai 15% pangsa pasar," ujar Syamsul.

Direktur Utama INAF Placidus Sudibyo menambahkan, setelah merger kelak, perusahaan baru tidak hanya berbisnis obat dan kimia saja. "Mungkin kami nanti akan menjalankan bisnis alat-alat kesehatan juga," imbuhnya.

Analis BNI Sekuritas Akhmad Nurcahyadi menilai, perusahaan hasil merger dua BUMN farmasi itu belum akan sanggup menggeser posisi PT Kalbe Farma Tbk (KLBF). Apalagi, KLBF saat ini merupakan perusahaan farmasi terbesar di Asia Tenggara.

KLBF menjadi pemimpin di semua segmen produk kesehatan, antara lain 19% pasar produk consumer health dan 12% pasar obat paten. "Jadi, hasil merger dua BUMN ini belum bisa mengalahkan dari segi pasar dan pendapatan," kata Akhmad.

Tahun lalu saja, kata Akhmad, pendapatan KLBF kemungkinan mencapai sekitar Rp 7,8 triliun dengan perkiraan laba bersih sekitar Rp 680 miliar. Bandingkan dengan kinerja KAEF dan INAF. (lihat tabel). Tapi, Akhmad tetap menilai bahwa merger KAEF dan INAF bakal mendongkrak kinerja BUMN farmasi. "Pangsa pasar BUMN farmasi bisa naik dua kali lipat dari sekarang," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie