Kimia Farma (KAEF) Bakal Tutup 5 Pabrik, Ini Alasannya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kimia Farma Tbk (KAEF), perusahaan plat merah di sektor farmasi, berencana melakukan efisiensi dengan menutup 5 dari total 10 pabrik yang dimilikinya dalam waktu lima tahun ke depan.

David Utama, Direktur Utama KAEF, menjelaskan bahwa keputusan ini didasari oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah kondisi kesehatan keuangan perusahaan yang belum memadai serta penggunaan pabrik yang belum optimal.

"Operasional Kimia Farma menghadapi beberapa tantangan besar. Pertama, sejak berdiri, utilisasi pabrik hanya mencapai maksimal 40%. Ini adalah tantangan utama yang kita hadapi," ujar David dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI tentang BUMN Farmasi pada Rabu (19/06).


Alasan kedua adalah dampak dari operasional yang tidak efisien yang berdampak pada penjualan dari empat sektor utama perusahaan, yaitu obat generik, obat ethical (obat keras), over the counter (OTC), dan kosmetik.

Baca Juga: Kimia Farma (KAEF) Temukan Dugaan Fraud, Simak Respons Analis

“Nomor dua, dampak dari operasional yang tidak efficient, terdampak pada front commercial kita. Kalau Kimia Farma secara manufacturing, kita punya lini itu ada empat. Lini terbesar kita obat generik. Kemudian lini ethical, ethical pun di Indonesia tergolong generic branded, karena kita tidak pernah jadi pabrik inisiator, pada dasarnya generik juga. Lini ketiga adalah over the counter atau obat OTC, dan yang lini ke empat adalah kosmetik,” jelas David. 

Ditambah lagi adanya beban dari bunga bank yang harus dibayarkan perseroan setiap tahun dengan cukup besar membuat KAEF menurut David mau tak mau melakukan efisiensi.

“Jadi tidak ngangkat untuk produk non generik, efisiensi (utilitas) di pabrik yang tidak baik, beserta bunga bank yang dari Rp4 triliun naik ke Rp8 triliun, sekarang sudah mulai turun ke Rp 7,2 triliun. Tapi beban bunga dengan kondisi yang kita hadapi setiap tahun bayar beban bunga saja sudah Rp662 miliar,” jabarnya. 

Di kesempatan yang sama, Direktur Utama Bio Farma Group Shadiq Akasya mengatakan bahwa efisiensi fasilitas manufaktur yang dimiliki Kimia Farma merupakan bagian dari langkah re-orientasi bisnis.  

"Dengan banyaknya pabrik di Kimia Farma sekarang itu ada 10 plant yang ada dan kita akan coba merencanakan untuk seamlining sampai dengan mungkin 3-5 tahun ke depan itu kita harapkan dengan lima pabrik saja sudah cukup jadi beberapa hal supaya optimalisasi dari pabrik ini lebih meningkat," terangnya. 

 
KAEF Chart by TradingView

Adapun, di tahun 2023, KAEF mencatatkan kerugian sebesar Rp 1,48 triliun dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat rugi Rp 190,4 miliar. 

Sementara, jumlah rugi komprehensif yang diatribusikan kepada pemegang saham berasal dari operasi yang dilanjutkan sepanjang tahun 2024 menjadi Rp 1,47 triliun dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 121,7 miliar.

Meski begitu KAEF masih berhasil mencatatkan pertumbuhan penjualan bersih sepanjang 2023. Pada tahun 2023 penjualan bersih KAEF tercatat sebesar Rp 9,96 triliun atau meningkat 7,93% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 9,23 triliun. 

Namun sayangnya beban pokok penjualan justru turut membengkak 25,83% menjadi Rp 6,86 triliun dari sebelumnya yang sebesar Rp5,45 triliun. Alhasil laba bruto perseroan turun menjadi Rp3,10 triliun dari sebelumnya, Rp 3,77 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .