Kimia Farma manfaatkan aset nganggur untuk hotel



JAKARTA.  PT Kimia Farma (Persero) Tbk mulai menjajaki bisnis properti. Perusahaan pelat merah itu memilih menggarap properti jenis perhotelan.

Namun Kimia Farma hanya memposisikan diri sebagai penyedia lahan, yang tak lain merupakan lahan nganggur. "Ini merupakan langkah kami untuk memanfaatkan aset berupa tanah yang idle," ujar Farida Astuti, Direktur Keuangan PT Kimia Farma kepada KONTAN, Senin (7/6).

Pengerjaan proyek hotel itu akan memakai skema build, operate and transfer (BOT). Alasan Kimia Farma memakai skema itu karena mereka belum memiliki pengalaman untuk mengelola bisnis properti.


Dalam skema itu, Kimia Farma tidak mengeluarkan biaya untuk membangun proyek. Perusahaan itu akan menunjuk mitra bisnis untuk membangun dan mengelola tiga hotel. Kerjasama pengelolaan hotel itu berlangsung 25 tahun. Setelah itu, barulah hak pengelolaan hotel akan diserahkan ke tangan Kimia Farma.

Lokasi bakal hotel ada di Dago Bandung, Jawa Barat, Matraman dan Senen, di Jakarta. Setiap hotel akan terdiri dari tujuh hingga sembilan lantai. Lantai pertama akan diisi apotek dan lantai dua diisi klinik Kimia Farma.

Hanya saja, Kimia Farma masih merahasiakan identitas mitra bisnis mereka. Yang pasti, biaya investasi pembangunan setiap hotel adalah Rp 200 miliar–Rp 300 miliar.

Dampak dari skema bisnis BOT adalah Kimia Farma memprediksi kontribusi pendapatan bisnis hotel itu tak akan besar. Pendapatan anyar itu juga tak akan didapatkan dalam waktu dekat. "Karena BOT maka kontribusinya terhadap pendapatan kecil, tidak mencapai 5%," ujar Farida.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan