Kinerja AALI terkerek harga minyak sawit



JAKARTA. Produsen minyak kelapa sawit mentah (CPO) mulai semringah. Bagaimana tidak? Sejak awal tahun hingga kemarin atawa year-to-date (ytd), harga CPO tumbuh 10% jadi US$ 644 per metrik ton. Para pekebun sawit seperti PT Astra Argo Lestari Tbk (AALI) ikut menikmati berkah kenaikan harga.

Yosua Zisokhi, analis MNC Securities, menilai, kenaikan harga CPO dipengaruhi musim kemarau di awal tahun. Kondisi ini menyebabkan produksi CPO menurun, sementara permintaan meningkat.

Lantaran produksi menyusut, "Pendapatan emiten CPO seperti AALI stagnan bahkan cenderung turun," ungkap dia ke KONTAN kemarin. Saat kemarau, produksi CPO pasti turun. Ini membuat suplai minyak sawit menyusut sehingga harganya naik.


Namun, kata Yosua, produksi AALI di paro pertama tahun ini turun lebih besar dibanding kenaikan harganya. Itulah yang membuat pendapatan AALI di semester I 2016 menciut ketimbang periode yang sama di 2015.

Sepanjang enam bulan pertama tahun ini, AALI mencatatkan pertumbuhan laba bersih hingga 78% year-on-year (yoy) jadi Rp 792 miliar. Tapi, produksi yang susut menyebabkan pendapatan AALI turun 12% (yoy) menjadi Rp 6,34 triliun.

AALI hanya memproduksi CPO sebanyak 670.000 ton pada semester I 2016. Jumlah ini anjlok 21% dibandingkan dengan periode yang sama di 2015 mencapai 845.000 ton. Kondisi itu akibat produksi tandan buah segar (TBS) terpangkas, dari 2 juta ton menjadi 1,67 juta ton. Di saat yang sama, produksi TBS dari pihak ketiga juga turun 13% (yoy) jadi 1,10 juta ton.

Meski begitu, Sharlyta Malique, Analis Samuel Sekuritas, memprediksikan, tahun ini AALI masih menorehkan kinerja positif. Pendukungnya: tren kenaikan harga CPO di semester kedua yang berkorelasi positif terhadap penguatan harga jual rata-rata.

"Tahun ini kami perkirakan AALI mengalami penurunan produksi, tapi bisa dikompensasi dengan permintaan yang relatif membaik," ujar dia.

Sampai akhir tahun, menurut Yosua, AALI bisa meraih pendapatan sebesar Rp 13,96 triliun dan laba bersih Rp 1,73 triliun. Tapi, dia bilang, AALI sulit menambah lahan perkebunan sawit. Sentimen negatif lainnya adalah permintaan dalam negeri terutama dari penggunaan biodiesel yang terhambat. Sebab, harga minyak mentah dunia masih di level bawah.

Tambah lagi, "Efek El Nino dan dilanjutkan La Nina di akhir tahun ini dapat menghambat produksi sawit AALI," ungkapnya.

Walau demikian, permintaan CPO dari luar negeri mulai naik, terutama dari Tiongkok dan India. Ditambah, harga jual minyak sawit yang lebih tinggi dari tahun lalu. Yosua pun merekomendasikan hold saham AALI dengan target Rp 18.000 per saham.

Rekomendasi Sharlyta: buy di target harga Rp 17.000 per saham. "Adapun risiko investasi di saham AALI terletak pada tidak stabilnya harga CPO," kata Sharlyta.

Sementara Lucky Bayu, Analis Danareksa Sekuritas, mengatakan, kinerja saham AALI cenderung menguat, menguji level psikologis Rp 20.000 dengan target harga tertinggi selama 52 minggu. Dia merekomendasikan buy AALI dengan target Rp 20.000.

Pada perdagangan kemarin (6/9), harga saham AALI ditutup naik 1,07% menjadi Rp 16.575 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie