Kinerja ABM Investama (ABMM) di kuartal I-2019 tertekan penurunan harga



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT ABM Investama Tbk (ABMM) pada kuartal I-2019 tak menggembirakan. Pasalnya, perusahaan pertambangan batubara terintegrasi ini mencatatkan penurunan kinerja keuangan selama kuartal I-2019.

Direktur Keuangan  PT ABM Investama Tbk Adrian Erlangga menyampaikan, pada kuartal I-2019 kinerja ABMM tertekan tren harga batubara yang melandai sejak akhir tahun lalu.

"Kuartal I ini kinerja tertekan dan memberi tantangan bagi kami. Terutama karena harga batubara yang baru merangkak naik sekitar akhir Maret," Adrian dalam public expose yang digelar Kamis (2/5).


Pada kuartal I-2019, ABMM mencatatkan pendapatan sebesar US$ 144,90 juta atau turun 21,49% dari periode yang sama tahun sebelumnya US$ 184,56 juta.

Sementara itu, ABMM mencatatkan rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan pada entitas induk atau rugi bersih sebesar US$ 199,75 juta di kuartal I-2019. Padahal pada kuartal I-2018 ABMM masih menorehkan laba bersih US$ 6,91 juta.

Untuk kinerja operasional, hingga kuartal I-2019, produksi batubara ABMM tercatat 3,1 juta ton. Sementara kinerja overburden removal mencapai 20 juta bcm.

Kendati demikian, Adrian yakin di sisa tahun 2019 ini, kinerja ABMM akan terdorong dan kembali meraih capaian positif. Baik karena faktor internal dari efisiensi dan operational excellence, maupun disebabkan oleh faktor eksternal, yakni harga batubara yang diproyeksikan akan kembali positif.

"Tapi kami tidak khawatir. Kami menjaga chain value end to end. Di situ ada margin, saya yakin di akhir tahun sinergi itu akan berdampak positif," katanya.

Sementara untuk harga, Adrian mengatakan bahwa harga batubara kalori 4.200 kkal/kg saat ini sudah berada di angka US$ 38,5 per ton. Angka itu lebih baik dibandingkan tren penurunan yang terjadi pada Desember tahun lalu, yang ada di kisaran US$ 30,19 per ton.

Adrian memproyeksikan, rata-rata harga tahunan untuk batubara jenis kalori tersebut masih cukup positif, yakni US$ 36-US$ 37 per ton. "Tapi ini kan komoditas, besok bisa turun, bisa juga naik," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi