JAKARTA. Bisnis batubara masih terpukul di tahun ini. Tak heran, kinerja emiten batubara juga menurun. PT Adaro Energy Tbk (ADRO), misalnya, hingga kuartal III-2013, pendapatannya turun 11,64% year on year (yoy) menjadi US$ 2,43 miliar. Alhasil, laba bersih ADRO pun anjlok 47,21% dari US$ 348 juta menjadi US$ 183,70 juta.Tapi, sejumlah analis menilai, kinerja ADRO itu masih sesuai dengan ekspektasi. Gabriella Maureen, analis Danareksa Sekuritas bilang, kinerja ADRO tertekan pelemahan harga batubara.ADRO memproyeksikan, rata-rata harga penjualan batubara di 2013 senilai US$ 60-US$ 63 per ton. "Sedangkan harga di sembilan bulan pertama tahun ini hanya US$ 58,2 per ton," tutur Gabriella.Asal tahu saja, baru-baru ini, ADRO telah menurunkan target laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (EBITDA) di 2013 dari US$ 850 juta-US$ 1 miliar menjadi US$ 750 juta-US$ 900 juta. Di kuartal III-2013, EBITDA ADRO tercatat US$ 626 juta, alias turun 31%. Angka ini, kata Gabriella, masih sesuai target.Analis Bahana Securities, Jennifer Frederika Yapply dalam risetnya, 1 November 2013 menyebutkan, laba bersih ADRO mencerminkan 56,5% dari target setahun. Kinerja ADRO masih tertolong volume penjualan batubara yang mencapai 14,11 juta ton atau naik 28,39% yoy.Harga batubara memang menjadi tantangan produsen batubara di Indonesia. Tapi, belakangan harga batubara mulai menanjak ke level US$ 79-US$ 80 per ton. Meski beranjak naik, Gabriella menilai, kenaikan harga itu hanya bersifat musiman.Akhir tahun ini, permintaan batubara dunia meningkat karena mulai masuk musim dingin dan pembeli menambah persediaan alias restocking. "Secara umum pasar batubara oversupply, tapi permintaan kuartal empat meningkat," imbuh Gabriella.Kinerja ADRO masih harus menghadapi tantangan harga pokok penjualan atau cost of goods sold (COGS). Di kuartal III-2013, COGS ADRO naik 9% yoy. Maka itu, pengurangan biaya menjadi hal penting.Untungnya, imbuh Gabriella, ADRO sudah menyiapkan proyek Out of Pit Overburden Crusher and Conveyor System (OPCC). Proyek ini akan membantu ADRO mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak (BBM) sehingga bisa ikut memangkas ongkos produksi.Namun, lantaran tekanan harga batubara masih belum mereda, Jennifer pun menurunkan target laba bersih ADRO di tahun 2013 dan tahun 2014 masing-masing sebesar 20% dan 25%.Dengan penurunan target tersebut, Jennifer merekomendasikan reduce bagi saham ADRO dengan target harga Rp 800 per saham. Harga ini mencerminkan rasio harga berbanding laba bersih per saham atau price to earning ratio (PER) tahun 2013 sebesar 11,8 kali.Sedangkan, Gabriella menilai secara fundamental ADRO masih bagus. Dia merekomendasikan hold saham ADRO dengan target harga Rp 900 per saham. Dia menyebutkan, PER ADRO ada di level 11,1 kali-10,3 kali untuk tahun 2013 dan 2014.Senada, Fajar juga menyarankan hold saham ADRO dengan target harga Rp 900 per saham. Pada penutupan perdagangan, Senin (4/11), harga saham ADRO naik 1,92% ke posisi Rp 1.060 per saham.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Kinerja Adaro Energy belum berenergi
JAKARTA. Bisnis batubara masih terpukul di tahun ini. Tak heran, kinerja emiten batubara juga menurun. PT Adaro Energy Tbk (ADRO), misalnya, hingga kuartal III-2013, pendapatannya turun 11,64% year on year (yoy) menjadi US$ 2,43 miliar. Alhasil, laba bersih ADRO pun anjlok 47,21% dari US$ 348 juta menjadi US$ 183,70 juta.Tapi, sejumlah analis menilai, kinerja ADRO itu masih sesuai dengan ekspektasi. Gabriella Maureen, analis Danareksa Sekuritas bilang, kinerja ADRO tertekan pelemahan harga batubara.ADRO memproyeksikan, rata-rata harga penjualan batubara di 2013 senilai US$ 60-US$ 63 per ton. "Sedangkan harga di sembilan bulan pertama tahun ini hanya US$ 58,2 per ton," tutur Gabriella.Asal tahu saja, baru-baru ini, ADRO telah menurunkan target laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (EBITDA) di 2013 dari US$ 850 juta-US$ 1 miliar menjadi US$ 750 juta-US$ 900 juta. Di kuartal III-2013, EBITDA ADRO tercatat US$ 626 juta, alias turun 31%. Angka ini, kata Gabriella, masih sesuai target.Analis Bahana Securities, Jennifer Frederika Yapply dalam risetnya, 1 November 2013 menyebutkan, laba bersih ADRO mencerminkan 56,5% dari target setahun. Kinerja ADRO masih tertolong volume penjualan batubara yang mencapai 14,11 juta ton atau naik 28,39% yoy.Harga batubara memang menjadi tantangan produsen batubara di Indonesia. Tapi, belakangan harga batubara mulai menanjak ke level US$ 79-US$ 80 per ton. Meski beranjak naik, Gabriella menilai, kenaikan harga itu hanya bersifat musiman.Akhir tahun ini, permintaan batubara dunia meningkat karena mulai masuk musim dingin dan pembeli menambah persediaan alias restocking. "Secara umum pasar batubara oversupply, tapi permintaan kuartal empat meningkat," imbuh Gabriella.Kinerja ADRO masih harus menghadapi tantangan harga pokok penjualan atau cost of goods sold (COGS). Di kuartal III-2013, COGS ADRO naik 9% yoy. Maka itu, pengurangan biaya menjadi hal penting.Untungnya, imbuh Gabriella, ADRO sudah menyiapkan proyek Out of Pit Overburden Crusher and Conveyor System (OPCC). Proyek ini akan membantu ADRO mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak (BBM) sehingga bisa ikut memangkas ongkos produksi.Namun, lantaran tekanan harga batubara masih belum mereda, Jennifer pun menurunkan target laba bersih ADRO di tahun 2013 dan tahun 2014 masing-masing sebesar 20% dan 25%.Dengan penurunan target tersebut, Jennifer merekomendasikan reduce bagi saham ADRO dengan target harga Rp 800 per saham. Harga ini mencerminkan rasio harga berbanding laba bersih per saham atau price to earning ratio (PER) tahun 2013 sebesar 11,8 kali.Sedangkan, Gabriella menilai secara fundamental ADRO masih bagus. Dia merekomendasikan hold saham ADRO dengan target harga Rp 900 per saham. Dia menyebutkan, PER ADRO ada di level 11,1 kali-10,3 kali untuk tahun 2013 dan 2014.Senada, Fajar juga menyarankan hold saham ADRO dengan target harga Rp 900 per saham. Pada penutupan perdagangan, Senin (4/11), harga saham ADRO naik 1,92% ke posisi Rp 1.060 per saham.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News