KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT PP Tbk (
PTPP) mencatat laba bersih Rp 3 miliar di kuartal II-2020, anjlok 98,6% secara tahunan (yoy). Perolehan tersebut membawa laba bersih paruh pertama sebesar Rp 16 miliar, turun sebesar 95,6% yoy. Sementara itu pendapatan PTPP kuartal II-2020 sebesar Rp 3,34 triliun turun 42% yoy, nmembuat pendapatan semester pertama menjadi Rp 6,75 triliun, turun 37,1% yoy dibandingkan dengan pendapatan di semester I-2019. Dengan kata lain, di semester I-2020 laba bersih hanya sekitar 1,6% atau 1,4% dan pendapatan hanya sekitar 25,3% atau 32,8% dari perkiraan Kresna Sekuritas.
"ini perlu dicatat bahwa pencapaian laba bersih turun di kisaran 22% - 39% dan pendapatan semester pertama turun di kisaran 37% - 44% selama lima tahun terakhir," jelas Kresna Sekuritas dalam risetnya, Jumat (7/8).
Baca Juga: PTPP bidik kontrak luar negeri, begini kata analis Penerapan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) merusak rekor pendapatan PTPP pada kuartal kedua, yang biasanya dapat diandalkan untuk membukukan pendapatan triwulanan yang positif dalam lima tahun terakhir. Dari rata-rata 53,2% dalam pertumbuhan pendapatan kuartal kedua selama lima tahun terakhir dibandingkan dengan pencapaian saat ini yang turun 2,1% secara kuartalan. Hanya dua segmen bisnis dari lima yang melaporkan pendapatan kuartalan positif pertumbuhan di kuartal II-2020, yaitu bisnis EPC dan Properti, yang masing-masing naik 4% dan 21%. Secara keseluruhan, jasa konstruksi tetap menjadi kontributor utama pendapatan di kuartal II-2020 sebesar 78,3%, diikuti oleh properti 13,4% dan EPC 6,1%. Margin laba kotor (GPM) PTPP melonjak menjadi 11,3% setiap tiga bulan, namun masih lebih rendah dari GPM pada kuartal II-2019 yang sebesar 14%. GPM bisnis EPC meningkatkan menjadi 29,3% di kuartal II-2020. Sementara itu, GPM bisnis konstruksi sedikit menurun, menjadi 8%, dari sebelumnya 8,8% pada kuartal II-2019. Bisnis properti, pemain terlemah, mencatat penurunan GPM menjadi 40,5% di kuartal II-2020. Dari sudut pandang akumulatif, GPM bisnis konstruksi berada di level 6,1%, EPC 23% dan Properti GPM berhenti di 49,6%. Utang berbunga melonjak 30% yoy menjadi Rp 18,3 triliun per Juni 20, dari sebelumnya Rp 14,1 triliun untuk periode yang sama tahun lalu. Utang terhadap ekuitas yang mengandung bunga melonjak sebesar 0,4 kali menjadi 1,3 kali, didukung oleh utang yang berbunga lebih tinggi dan ekuitas yang lebih rendah, yang disebabkan hampir sebesar Rp 1 triliun merupakan penyesuaian ekuitas sehubungan dengan penerapan PSAK 72. Selanjutnya, rasio cakupan bunga (EBIT terhadap beban bunga) mencapai 1,1 kali pada paruh pertama FY20, turun 2,4x YoY dari 3,5x sebelumnya, didukung oleh beban bunga yang lebih tinggi sebesar Rp 374miliar, tumbuh 28,4% yoy dan EBIT yang lebih rendah sebesar Rp 396 miliar, turun 60,8% yoy. Mempertimbangkan rasio solvabilitas di atas, PTPP memiliki kas dan setara sekitar Rp 4,9 triliun dan arus kas operasi negatif sekitar Rp 3,9 triliun, Kresna Sekuritas berpandangan bahwa PTPP harus lebih berhati-hati dengan
leverage mereka.
Baca Juga: PTPP tengah ikuti tender di Brunei dan Filipina senilai Rp 2,6 triliun Alhasil, Kresna Sekuritas merevisi target harga saham PTPP menjadi Rp 950, dari sebelumnya Rp 1.400, dibalik pencapaian manis di semester pertama.
Alasannya, berasal dari metode valuasi
price earning ratio (PER) berganda yang tidak berubah, dengan kelipatan target 11,4 kali, rata-rata PER tiga tahun terakhir. Kresna Sekuritas juga menurunkan peringkat PTPP di menjadi hold dari beli, mengingat potensi naik yang terbatas. Peningkatan risiko untuk PTPP termasuk mendapatkan kontrak baru di semester II-2020, peningkatan efisiensi biaya produksi dan operasi, dan divestasi aset yang sukses. Ini perlu diingat bahwa perkiraan Kresna Sekuritas tidak termasuk keuntungan dari transaksi divestasi aset. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi