JAKARTA. Sejak awal bulan ini perusahaan rating PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menurunkan peringkat beberapa emiten. Di antaranya, PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Indofarma Tbk (INAF), PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BNII), dan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR). Pefindo menurunkan rating keempat perusahan tersebut lantaran kinerja mereka selama enam bulan tidak sesuai perkiraan analis. Mega Nugroho, analis Pefindo, mengatakan, penurunan rating bukan cuma soal kinerja semata, melainkan juga arus kas dan struktur permodalan yang tak sesuai ekspektasi analis. Bagi, David Nathanael Sutyanto, analis First Asia Capital, penurunan rating tersebut wajar. Pasalnya, fundamental keempat emiten sedikit mengecewakan. Sebutlah emiten ADHI, David menilai, emiten konstruksi ini tumbuh melambat. David bilang, kontrak baru ADHI juga terbilang sedikit. Adapun menurut penilaian Mega, margin laba ADHI terus tertekan. Ini karena adanya peningkatan biaya yang signifikan sejak Juni 2014. Biaya operasional ADHI memang meningkat setinggi 24% year on year (yoy). Padahal, pertumbuhan pendapatan ADHI justru turun 5% yoy.
Kinerja anjlok, rating terpangkas
JAKARTA. Sejak awal bulan ini perusahaan rating PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menurunkan peringkat beberapa emiten. Di antaranya, PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Indofarma Tbk (INAF), PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BNII), dan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR). Pefindo menurunkan rating keempat perusahan tersebut lantaran kinerja mereka selama enam bulan tidak sesuai perkiraan analis. Mega Nugroho, analis Pefindo, mengatakan, penurunan rating bukan cuma soal kinerja semata, melainkan juga arus kas dan struktur permodalan yang tak sesuai ekspektasi analis. Bagi, David Nathanael Sutyanto, analis First Asia Capital, penurunan rating tersebut wajar. Pasalnya, fundamental keempat emiten sedikit mengecewakan. Sebutlah emiten ADHI, David menilai, emiten konstruksi ini tumbuh melambat. David bilang, kontrak baru ADHI juga terbilang sedikit. Adapun menurut penilaian Mega, margin laba ADHI terus tertekan. Ini karena adanya peningkatan biaya yang signifikan sejak Juni 2014. Biaya operasional ADHI memang meningkat setinggi 24% year on year (yoy). Padahal, pertumbuhan pendapatan ADHI justru turun 5% yoy.