Kinerja anjlok, saham BUMI merosot 57%



JAKARTA. Rapor PT Bumi Resources Tbk selama semester pertama tahun ini masih merah. Di periode tersebut, Bumi mencatatkan kerugian bersih senilai US$ 322,06 juta. Padahal di semester I-2011, emiten Grup Bakrie ini mencetak laba bersih US$ 231,68 juta.

Memburuknya kinerja keuangan Bumi antara lain disebabkan oleh kerugian transaksi derivatif senilai US$ 145,82 juta. Pada semester I-2011, Bumi masih mencatatkan laba atas transaksi derivatif senilai US$ 212,26 juta.

"Akibat harga saham kami melemah, kami mengalami kerugian derivatif dari sebelumnya mencatat keuntungan deivatif," kata Direktur Bumi, Dileep Srivastava kepada KONTAN, Minggu (26/8). Selama semester pertama I-2012, harga saham emiten berkode BUMI ini telah anjlok 49,55%.Perseroan ini juga menderita kerugian nilai tukar mencapai US$ 50,27 juta di semester I-2012, sementara di periode sama tahun lalu mencatat keuntungan kurs US$ 80,93 juta.


Di saat yang sama, kinerja anak usaha juga tidak maksimal. Misalnya, kontribusi PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) melalui anak usaha PT Bumi Resources Mineral Tbk (BMRS), tergerus akibat menyusutnya produksi tambang Batu Hijau. "Beban eksplorasi juga naik," tutur Dileep. Beban eksplorasi dan evaluasi perusahaan naik menjadi US$ 71,3 juta. Bumi sejatinya tidak mencatatkan beban di pos ini pada semester I-2011.

Menurut Dileep, perubahan sistem penghitungan akuntansi yang diadopsi tahun lalu juga menyebabkan perusahaan mencatatkan kerugian di semester pertama ini. "Misalnya banyak yang sebelumnya dihitung sebagai keuntungan kini menjadi kerugian seperti membebankan biaya stripping," tutur dia.

Kendati menderita kerugian, Bumi Resources mencatatkan kenaikan pendapatan 14,12% year-on-year (yoy) menjadi US$ 1,94 miliar pada semester I-2012.

Managing Partner Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe berpendapat, investor akan menjauhi saham BUMI lantaran kinerja perseroan ini semakin memburuk. "Kecuali BUMI bisa meningkatkan produksinya dan harga batubara naik tinggi di atas US$ 100 per ton, baru bisa menyelamatkan laporan keuangan perseroan," ujar Kiswoyo. Dia menduga hingga akhir tahun nanti, harga saham BUMI senilai Rp 1.500 per saham.

Pendapat senada disampaikan Managing Research Indosurya Asset Management Reza Priyambada. Menurut dia, prospek BUMI masih suram, apalagi setelah lembaga pemeringkat internasional menurunkan peringkatnya. "Kecuali kalau tren harga batubara kembali bullish dan manajemen bisa mengurangi utang signifikan, baru ada peluang bagus untuk prospek perusahaan," ujar dia.

Reza memprediksi BUMI sulit meraih laba bersih hingga akhir tahun nanti. "Kalau misalnya dia tiba-tiba laba, perlu dilihat kembali. Jangan-jangan laba tersebut berasal dari penjualan aset yang kurang prospektif," ungkap dia. Dalam jangka pendek, Reza menduga, harga saham BUMI masih bisa menyentuh level Rp 1.150 per saham.

Harga saham BUMI, Jumat (24/8), di posisi Rp 940 per saham. Sejak awal tahun hingga Jumat lalu (year to date), harga BUMI telah anjlok 56,78%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sandy Baskoro