Kinerja apik, INDON bisa jadi pilihan investasi alternatif



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Obligasi menjadi salah satu instrumen investasi yang bisa jadi pilihan investasi dalam situasi saat ini. Termasuk instrumen obligasi berdenominasi dolar Amerika Serikat (INDON) ritel.

Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich mengatakan kinerja INDON tahun ini berkisar 7,5%. Hal ini menjadikan INDON sebagai instrumen dengan kinerja yang apik sepanjang tahun ini.

"Kinerja baik INDON tahun ini ditopang yield US Treasury yang sangat rendah yaitu 0,6% dan yield negara-negara maju lainnya di Eropa dan Jepang banyak yang negative yield. Selain itu, ada sebagian investor yang melihat peluang pelemahan rupiah kemarin untuk relokasi ke dolar AS. Inilah yang pada akhirnya membuat investor membeli INDON," kata Farash kepada Kontan.co.id, Kamis (29/10).


Sementara Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, kinerja INDON ritel pada tahun ini cukup stabil. Tren penurunan suku bunga acuan menjadi katalis positif untuk kinerja INDON belakangan ini.

Baca Juga: Obligasi korporasi jatuh tempo bulan ini mencapai Rp 3,63 triliun

“Tren suku bunga turun ini membuat harga INDON cenderung naik signifikan setelah harganya sempat jatuh pada media Maret-April imbas aksi jual besar-besar investor asing di pasar obligasi. Menurut saya, memiliki obligasi, termasuk INDON saat ini akan menawarkan keuntungan optimal dari sisi risiko maupun pendapatan,” kata Wawan. 

Tak hanya memiliki kinerja apik sepanjang tahun ini, Wawan optimistis tren positif INDON masih akan berlanjut pada tahun depan. Ia pun menilai, investor bisa mempertimbangkan untuk memiliki INDON pada portofolionya. Dari segi rata-rata yield, INDON ritel bisa menawarkan 3-4%, jauh lebih tinggi dibanding deposito dolar AS yang hanya 0,75%. Selain itu juga aman karena penerbitnya adalah pemerintah.

Sedangkan Farash menilai jika saat ini investor tertarik untuk membeli INDON, secara valuasi INDON bertenor 10 tahun sudah tidak lagi murah. Sehingga potensi keuntungan dari capital gain INDON tahun depan tidak akan lagi sebesar seperti tahun ini. 

Baca Juga: Tiga lelang SUN terakhir jelang tutup tahun, permintaan diramal masih ramai

Kendati demikian, Farash menilai INDON masih bisa kadi pilihan investasi alternatif yang menarik. Walau capital gain INDON mungkin lebih kecil, INDON masih menawarkan kupon secara periodik bagi investor. Selain itu, dengan bunga deposito dolar AS yang semakin rendah, INDON jadi pilihan yang lebih menarik.

“Apalagi jika kebutuhan investasi memang dalam bentuk dolar AS, misalnya untuk uang sekolah ke luar negeri. Ini akan membuat investasi INDON ritel lebih prospektif karena tidak ada currency risk,” ujar Farash.

Menurut Wawan, risiko untuk INDON ritel ke depan adalah ketika suku bunga naik. Namun, dia cukup yakin peluang tersebut sangat minim. Tahun ini hanya menyisakan dua bulan dan justru masih ada peluang untuk turun bukannya naik. Sementara pada tahun depan, dia juga menilai suku bunga masih akan dalam tren rendah. Sehingga risiko penurunan harga INDON ritel sangat terbatas.

“Jadi secara fundamental untuk INDON ini masih sangat oke, mungkin sentimen lain yang membayangi adalah kenyataan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang bergantung pada vaksin Covid-19. Jadi ketika ada keterlambatan dalam distribusi atau efektivitas vaksin tidak seperti perkiraan, ini bisa jadi sentimen negatif yang memukul kinerja INDON,” tambah Wawan.

Baca Juga: Penerbitan Obligasi Jenis Ini Melonjak Tinggi di Masa Pandemi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati