KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Astra International Tbk (
ASII) diperkirakan cenderung stagnan di 2024. Penurunan kinerja sektor otomotif dan persaingan yang lebih ketat menjadi penekannya.
Head of Research Mega Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya memperkirakan kinerja ASII akan tetap positif. Namun akan cenderung stagnan, mengingat berbagai tantangan ekonomi global & industri otomotif. Ia melihat bahwa tahun ini pertumbuhan kinerja ASII berharap dari lini bisnis jasa keuangan seiring dengan penurunan suku bunga yang bisa meningkatkan minat kredit kendaraan.
"Secara keseluruhan kami lihat ASII berpotensi stagnan dan pertumbuhan di bawah 5%," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (17/1).
Baca Juga: Nilai Kontrak Sejumlah Emiten BUMN Karya Naik pada 2023, Simak Rekomendasi Sahamnya Cheril memaparkan bahwa sentimennya karena persaingan yang ketat dari munculnya jenis kendaraan listrik, sedangkan ASII masih fokus di
hybrid. Selain itu, potensi pelemahan daya beli karena pelaku pasar
wait and see terhadap Pemilu. Pada 2023, Grup Astra merealisasikan penjualan mobil sebanyak 560.717 unit. Hasil ini lebih rendah 2,35%
year on year (YoY) dibandingkan penjualan tahun sebelumnya yakni 574.198 unit. Karenanya, Cheril merekomendasikan
hold ASII dengan target harga Rp 5.700. Sementara itu, Kepala Riset Ciptadana Sekuritas Asia Arief Budiman juga sepakat bahwa persaingan sektor otomotif, khususnya mobil listrik akan semakin ketat. Produsen mobil listrik terbesar di China dan terbesar kedua di dunia, BYD telah mengkonfirmasi bahwa mereka akan memasuki pasar mobil listrik di Indonesia pada tahun 2024. BYD akan secara resmi meluncurkan mereknya dan model-model yang akan dijual di Indonesia pada semester I 2024. Merek mobil Morris Garage (MG) juga akan memulai produksi di pabrik baru di Cikarang, Jawa Barat pada bulan Februari. Kedua merek tersebut dimiliki oleh perusahaan otomotif milik negara Tiongkok, SAIC Motor Corp. "Kami percaya bahwa peningkatan keterjangkauan EV melalui pengenalan model-model baru dengan harga yang lebih rendah dan potensi insentif tambahan dari pemerintah akan mengalihkan pangsa pasar Astra dari fokus perusahaan saat ini pada mobil hibrida," terangnya.
Baca Juga: Kinerja LUCY Bakal Terimbas Kenaikan Pajak Hiburan, Cek Rekomendasi Sahamnya Untuk tahun ini, Arief memperkirakan penjualan mobil Astra sebesar 566 ribu atau tumbuh 0,7% YoY. Hanya saja, pangsa pasarnya diproyeksikan menurun menjadi 54,4%.
Karenanya, itu, pihaknya merevisi turun perkiraan kinerja ASII di 2024. Proyeksi pendapatan ASII diturunkan menjadi Rp 311,66 triliun dari sebelumnya Rp 317,13 triliun dan laba bersih menjadi Rp 29,13 triliun dari Rp 33,95 triliun. Meski begitu, Arief mempertahankan rekomendasi
buy ASII dengan target harga yang diturunkan menjadi Rp 6.500 dari Rp 7.650. "Astra memiliki kas yang sangat besar, sebesar Rp 51,8 triliun untuk mendukung investasi lebih lanjut yang seharusnya dapat meningkatkan laba di masa depan," imbuhnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi