KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan daya beli masyarakat dan melemahnya pertumbuhan ekonomi Indonesia tak serta-merta berdampak besar terhadap tingkat wisatawan yang bepergian. Badan Pusat Statistik(BPS) mencatat jumlah perjalanan wisatawan nasional (wisnas) pada Juni 2024 mencapai 900,06 ribu perjalanan. Jumlah tersebut naik sebesar 43,63% (MoM), jika dibandingkan dengan posisi Mei 2024 dan naik 77,09% (YoY), dibandingkan bulan yang sama pada tahun sebelumnya. Pada periode Januari 2024 hingga Juni 2024, jumlah perjalanan wisatawan nasional mencapai 4.469.267 perjalanan atau meningkat 25,62%, jika dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.
Baca Juga: Tren Asuransi Perjalanan Masih Positif Masih positifnya tren wisatawan yang bepergian tersebut ternyata juga mempengaruhi bisnis asuransi perjalanan di asuransi umum. Sejumlah asuransi umum tercatat mengalami pertumbuhan pendapatan premi di lini bisnis asuransi perjalanan, termasuk PT Great Eastern General Insurance Indonesia (GEGI). Menanggapi hal itu, Marketing Director Great Eastern General Insurance Indonesia Linggawati Tok mengatakan, pencapaian positif lini bisnis asuransi perjalanan memang tak terlepas dari peningkatan jumlah wisatawan baik domestik dan internasional. Linggawati menerangkan hal itu juga menandakan bahwa daya beli masyarakat yang rendah tidak terlalu berdampak terhadap sektor wisata. "Sebab, wisata juga sudah menjadi lifestyle serta kebutuhan beberapa segmen masyarakat yang ada saat ini," ungkapnya kepada Kontan, Jumat (9/8).
Baca Juga: Simak Penjelasan OJK Terkait Asuransi Wajib untuk Kendaraan Linggawati menyampaikan peningkatan wisatawan tentu akan berdampak pada pembelian asuransi perjalanan. Ditambah adanya kewajiban dari beberapa negara untuk mewajibkan asuransi perjalanan untuk setiap perjalanan. Alhasil, Great Eastern General Insurance Indonesia mencatat pendapatan premi asuransi perjalanan per Juni 2024 meningkat 12% Year on Year (YoY) menjadi Rp 3,6 miliar. Linggawati optimistis bahwa asuransi perjalanan masih sangat menjanjikan ke depannya. Hal itu seiring dengan peningkatan jumlah perjalanan wisata baik domestik maupun internasional, serta perubahan perilaku konsumen, terutama Gen Z dan Milenial yang makin hobi
travelling. Untuk memaksimalkan potensi yang ada, dia bilang perusahaan menjalin kerja sama dengan beberapa travel agent guna menggenjot pendapatan premi asuransi perjalanan (travel insurance). Linggawati menyebut saat ini perusahaan sudah bekerja sama dengan 50 biro perjalanan wisata. "Diharapkan dapat terus meningkatkan pertumbuhan premi di masa yang akan datang," ujarnya.
Baca Juga: Preminya Tumbuh 12%, Begini Cara Great Eastern Dorong Bisnis Asuransi Perjalanan Linggawati menjelaskan perolehan premi dari segmen travel agent menyumbang 50% dari total perolehan premi asuransi perjalanan pada semester I-2024. Selain bekerja sama dengan travel agent, dia menyampaikan Great Eastern juga menggandeng komunitas-komunitas travel atau komunitas hobi lainnya dengan memberikan benefit atau fitur-fitur jaminan tambahan sesuai dengan preferensi komunitas. "Kami juga bekerja sama dengan insurtech partner untuk meningkatkan penjualan secara digital," katanya. Linggawati menambahkan Great Eastern juga menggandeng kedutaan-kedutaan dalam pengiriman pelajar dan mahasiswa ke negara-negara tertentu baik untuk keperluan melanjutkan studi maupun pertukaran kebudayaan. Dengan demikian, upaya itu diharapkan dapat lebih meningkatkan perolehan premi asuransi perjalanan perusahaan.
Baca Juga: OJK Catat Pertumbuhan Premi Asuransi Jiwa Capai Rp 87,99 Triliun, Begini Kondisinya Senada dengan Great Eastern, PT Asuransi Central Asia (ACA) menyatakan asuransi perjalanan memiliki tren yang baik sejauh ini di tengah kabar daya beli masyarakat dan pertumbuhan ekonomi yang melemah. Kepala Divisi Travel Insurance and Personal Lines ACA Sugiarto mengatakan hal itu tak terlepas dari meningkatnya jumlah wisatawan yang bepergian berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS). "Dari data BPS, bisa ditarik kesimpulan bahwa secara umum pelemahan daya beli masyarakat tidak terlalu berdampak terhadap bisnis pariwisata, dibandingkan bisnis lainnya pada semester I-2024," ujarnya kepada Kontan, Jumat (9/8). Sugiarto menyampaikan peningkatan jumlah wisatawan itu juga yang membuat bisnis asuransi perjalanan perusahaan mencatatkan tren positif. Alhasil, ACA berhasil mencatatkan pertumbuhan pendapatan lini dari bisnis asuransi perjalanan sekitar 25% secara YoY per Juni 2024. Dia mengatakan perusahaan menargetkan pendapatan premi perusahaan bisa tumbuh hingga 50% dibandingkan pencapaian pada tahun lalu. Selain itu, Sugiarto mengatakan peningkatan jumlah wisatawan itu juga yang pada akhirnya membuat perusahaan asuransi lain menyediakan produk asuransi perjalanan.
Baca Juga: Perlu Diketahui Berikut Keselamatan Mobil Pasif "Padahal, dahulu asuransi itu hanya dianggap sebagai produk pelengkap. Mungkin, hal itu karena premi asuransi perjalanan sangat murah dibandingkan produk asuransi lain," ungkapnya. Untuk memaksimalkan potensi asuransi perjalanan ke depannya, Sugiarto menyebut ACA akan terus melakukan analisis market. Dia bilang pihaknya juga selalu membina hubungan baik dengan para stakeholder industri pariwisata. "Selain melakukan inovasi produk dan benefit, ACA juga terus berusaha memperbaiki layanan baik dari jalur distribusi, penerbitan polis, dan saat pelaporan klaim. Kami yakin bisa terus eksis di pasar berbekal pengalaman dan kekuatan finansial perusahaan," kata Sugiarto. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto