KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) menyatakan bahwa di sepanjang tahun 2022 lalu kinerja bank digital dikatakan kurang memuaskan dibandingkan dengan bank-bank besar konvensional. Hal tersebut disampaikan oleh Senior Vice President LPPI, Trioksa Siahaan. Menurutnya sebagian bank digital masih membukukan kerugian dan penurunan harga saham. “Prospek di tahun 2023 kurang lebih tidak jauh berbeda dengan 2022, masih berat untuk bank digital,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (19/3).
Baca Juga: Sebanyak 98,41% Nasabah BRI Telah Gunakan Platform BRIMo Trioksa menjelaskan bahwa bank digital perlu mewaspadai hal-hal yang bisa membuat para nasabah beralih dari bank digital. Tentunya, kata dia, ini bisa dilihat dari kinerja yang belum membaik, tantangan untuk mempertahankan serta mengembangkan ekosistem perseroan. “Bunga yang tinggi bisa menarik nasabah namun harus diikuti dengan kualitas dari simpanan tersebut. Misal dana murah yang meningkat dalam jangka panjang, bila mengandalkan dana mahal maka akan memperbesar biaya dana bank,” jelasnya. Lebih lanjut, diketahui sejumlah bank memiliki
Price to Book Value (PBV) di bawah 1. Di antaranya bank dengan kode emiten
BVIC 0,41,
MAYA 0,42,
MCOR 0,44,
NISP 0,49,
SDRA 0,5, serta
AGRS 0,54 dan lain sebagainya.
“Bank yang tergolong saham murah adalah bila kinerja positif, PBV masih tergolong rendah di bawah 1 atau 2 dan PER (
price earning ratio) juga rendah di bawah 15,” ungkapnya.
Baca Juga: Laba Bank Nobu Naik 61,8% Sepanjang Tahun Lalu, Ini Pendorongnya Trioksa menuturkan bahwa sepanjang bank-bank tersebut menunjukkan kinerja yang positif di tambah fundamental yang bagus dan PBV rendah itu layak untuk dikoleksi. “(Melihat data PBV di atas) yang bagus untuk dikoleksi bila melihat fundamental dan kinerja bisa ke NISP (Bank OCBC NISP),” tandasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli